Tetesan Darah Luka Hatiku
Tetesan darah luka hatiku
Menggumpal menjadi bola amarah
Yang dipermainkan kezalimanmu
Membobol gawang kesabaranku
Kau jadikan 'ku karang yang hanya diam
Sedang kau ombak yang tak henti menerjangku
Dengan egomu, dan semua perlakuanmu
Membunuhku perlahan
Tiada guna kuteteskan air mata
Meski warnanya sebening embun di hadapan wajah cinta
Berkilau diterpa mentari
Tetesan yang membawa duka tak terucap
Jangan pernah memandangku
Tak 'kan kau temui lagi warna pelangi di mataku
Hanya mendung yang bergantung
Buram...
Kelam...
2024
Catatan:
Puisi ini dikirim tanpa judul.
Analisis Puisi:
Puisi "Tetesan Darah Luka Hatiku" karya Yanti Harbi adalah sebuah ungkapan yang kuat tentang penderitaan, pengkhianatan, dan perjuangan melawan kezaliman.
Metafora Darah dan Amarah: Penggunaan metafora tetesan darah yang menggumpal menjadi bola amarah menggambarkan betapa luka hati seseorang dapat memunculkan kemarahan yang besar. Darah yang menggumpal juga mengingatkan pada rasa sakit yang bertahan lama dan sulit disembuhkan.
Permainan Kezaliman: Penyair menyatakan bahwa kezaliman lawan mainnya mempermainkan luka dan kemarahan dalam hatinya. Hal ini menunjukkan ketidakadilan yang dirasakan oleh penyair dan perasaan tidak berdaya dalam menghadapi perlakuan yang tidak adil.
Kesabaran yang Diremehkan: Dalam puisi ini, kesabaran digambarkan sebagai gawang yang ditembus oleh kezaliman. Ini menggambarkan ketidakmampuan penyair untuk tetap tenang dan sabar di tengah-tengah ujian dan penderitaan.
Kehancuran Perlahan: Penyair menggambarkan bagaimana perlakuan kejam dan kezaliman secara perlahan-lahan menghancurkan dirinya. Penggunaan metafora karang yang diam dan ombak yang tak henti menerjang menggambarkan betapa penyair merasa terjebak dan diserang tanpa henti oleh penindasan.
Kesedihan yang Tak Terucapkan: Meskipun penyair merasakan kesedihan yang mendalam, ia menyadari bahwa air matanya tidak akan mengubah situasi. Bahkan, tetesan air mata yang seindah embun di hadapan wajah cinta tidak mampu menyembuhkan luka dan membawa harapan.
Keputusasaan dan Kesunyian: Puisi ini berakhir dengan pernyataan yang penuh putus asa dan kesunyian. Penyair menyatakan bahwa tidak ada lagi warna pelangi di matanya, hanya mendung kelam yang bergantung. Ini menggambarkan perasaan penyair yang kehilangan harapan dan keceriaan dalam menghadapi kezaliman.
Puisi "Tetesan Darah Luka Hatiku" adalah sebuah karya yang menggambarkan perjuangan emosional seseorang dalam menghadapi ketidakadilan dan penderitaan. Dengan menggunakan metafora yang kuat dan bahasa yang mendalam, puisi ini mengungkapkan keputusasaan, kemarahan, dan kesedihan yang mendalam.
Karya: Yanti Harbi
Biodata Yanti Harbi:
- Siti Yanti Harbiatul Aini lahir pada tanggal 13 Januari 1990 di Lombok Timur.
- Yanti Harbi merupakan seorang guru di SD 2 Masbagik Selatan.