Tepi Hayat
Jantungku angin mataku langit
Seribu taifun mortir aku sejuta pasir
Ledakan-ledakan kepala menyoraki Gaza
Aku seliat baja engkau sebetulnya busa
Dari mulutmu luka dirajah tuba
Di liang-liang pasir Tepi Barat
Meletus anyir sampai ke tepi hayat
Aku kembali ke tengah mayat
Dalam baiat dalam rakaat berpeluru safaat
Kusongsong engkau sampai tepi kiamat
Kau renggut tanah darah
Kau reguk kembali di cangkir-cangkir neraka
Nyala yang tumbuh di Gaza
Nyawa yang subur di Palestina
Kendari, 23 Januari 2009
Analisis Puisi:
Puisi "Tepi Hayat" karya Syaifuddin Gani adalah sebuah karya yang menyentuh mengenai konflik dan penderitaan di Palestina, khususnya di wilayah Gaza. Melalui bahasa yang metaforis dan imajinatif, puisi ini menggambarkan kekejaman perang serta ketahanan dan kegigihan rakyat Palestina dalam menghadapi penderitaan.
Metafora Perang dan Kehancuran: Penyair menggunakan bahasa metaforis untuk menggambarkan kengerian perang dan kehancuran yang terjadi di Gaza. Ledakan mortir, taifun, dan kepala yang meledak menjadi gambaran visual dari kebrutalan perang. Puing-puing dan pasir yang meluap-luap melambangkan kehancuran dan kekacauan yang melanda wilayah tersebut.
Kekejaman dan Penderitaan: Puisi ini menyoroti kekejaman yang dialami oleh rakyat Palestina, terutama di Gaza, yang menjadi sasaran serangan dan penindasan. Mereka menghadapi penderitaan yang tak terhitung jumlahnya, tetapi tetap bertahan dan melawan dengan kegigihan yang luar biasa.
Ketahanan dan Keberanian: Meskipun dihadapkan pada kematian dan kehancuran, rakyat Palestina tetap menunjukkan ketahanan dan keberanian. Mereka tetap setia pada keyakinan dan perjuangan mereka, bahkan dalam situasi yang paling putus asa sekalipun.
Perjuangan Menuju Keadilan: Puisi ini mencerminkan perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan keadilan dan kemerdekaan. Mereka bersedia berkorban dan menghadapi segala tantangan demi cita-cita yang mereka anut, yaitu hak untuk hidup dalam perdamaian dan kebebasan.
Keharuan dan Kemanusiaan: Meskipun puisi ini menyoroti penderitaan dan kekejaman perang, tetapi juga menggambarkan keharuan dan kemanusiaan yang muncul di tengah-tengah kehancuran. Penyair mengingatkan pembaca akan nilai-nilai kemanusiaan yang mesti dijunjung tinggi dalam menghadapi konflik dan penderitaan.
Puisi "Tepi Hayat" karya Syaifuddin Gani adalah sebuah karya yang menggetarkan hati, menggambarkan penderitaan dan perjuangan rakyat Palestina dalam menghadapi konflik dan kekejaman perang. Dengan bahasa yang kuat dan metaforis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kemanusiaan dan pentingnya perdamaian di tengah-tengah kekerasan dan kehancuran.
Karya: Syaifuddin Gani
Biodata Syaifuddin Gani:
- Syaifuddin Gani lahir pada September 1978 di Kampung Salubulung, Mambi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.