Puisi: Sebuah Hotel, Itaewon (Karya Irawan Sandhya Wiraatmaja)

Puisi "Sebuah Hotel, Itaewon" karya Irawan Sandhya Wiraatmaja menggugah dan memilukan, menghadirkan gambaran-gambaran yang kuat tentang tempat, ...
Sebuah Hotel, Itaewon

Kita harus kembali makan kimchi, di ujung kelokan
Orang-orang yang dibunuh ketergesaan berjalan menunduk
Tubuh yang dingin kita lipat di overcoat, jemari  sembunyi dan kaku

Seperti keras membeku, kaki yang berat mencari bayang-bayang

Cahaya matahari berpantulan di kaca, seperti wajah kita 
Rambut terurai, tipis menyisir musim yang gemetar
Di reranting pohon yang kering, dedaunan tanggal, dan kau 
Menjadi sebuah patung yang tak bisa bicara

Sebentar lagi gelap menyergap, warna malam
Muncul di kelopak matamu, pucat dan kosong mencari 
Waktu yang terpenggal oleh langkah masa silam, menyelinap

Memanggil kenangan sebagai ibu yang selalu muncul
Dari balik pintu, membawa secangkir teh panas dan mencium 
Kening yang pernah luka, berdarah meneteskan butiran nyeri.

2019

Sumber: Vu Berbilang Akar-Akar Kecubung (2019)

Analisis Puisi:

Puisi "Sebuah Hotel, Itaewon" karya Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran-gambaran yang kuat dan menggugah.

Gambaran Tempat dan Waktu: Puisi ini membawa pembaca ke sebuah lokasi yang konkrit, yaitu sebuah hotel di daerah Itaewon. Penyair menciptakan atmosfer yang gelap dan suram, di mana orang-orang berjalan dengan ketergesaan dan tubuh-tubuh dingin dilipat di dalam mantel.

Kehadiran Masa Lalu: Penyair menggunakan gambaran-gambaran yang mengundang kenangan tentang masa lalu, seperti rambut yang terurai dan musim yang gemetar. Hal ini menciptakan lapisan emosional yang dalam, mengingatkan pembaca akan momen-momen yang telah berlalu.

Metafora tentang Kehidupan dan Kematian: Puisi ini mengandung metafora tentang keras membeku dan kaki yang berat mencari bayang-bayang, yang dapat ditafsirkan sebagai refleksi tentang kehidupan yang berat dan kesulitan dalam menemukan kedamaian. Dedikasi terhadap figur ibu dan gambaran tentang kening yang pernah luka menciptakan nuansa nostalgia dan kehangatan, serta pengakuan akan rasa sakit dan penderitaan.

Bahasa yang Menggugah: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan menggugah untuk menyampaikan gambaran-gambaran yang kompleks. Penggunaan kata-kata seperti "kaku", "dingin", dan "pucat" memberikan nuansa emosional yang dalam dan menggugah.

Kesimpulan yang Memilukan: Dengan kata-kata yang sederhana namun menggugah, puisi ini menggambarkan perjalanan melalui masa lalu dan kenangan yang memilukan. Kesimpulan yang menggambarkan gambaran tentang seorang ibu yang hadir dalam ingatan membawa rasa sakit yang mendalam dan penuh nostalgia.

Puisi "Sebuah Hotel, Itaewon" adalah sebuah karya yang menggugah dan memilukan, menghadirkan gambaran-gambaran yang kuat tentang tempat, waktu, dan emosi. Dengan bahasa yang menggugah dan metafora yang dalam, penyair berhasil menyampaikan pesan tentang kehidupan, kematian, dan kenangan yang mendalam.

Irawan Sandhya Wiraatmaja
Puisi: Sebuah Hotel, Itaewon
Karya: Irawan Sandhya Wiraatmaja

Biodata Irawan Sandhya Wiraatmaja:
  • Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah nama pena dari Dr. Mustari Irawan, M.P.A.
  • Mustari Irawan lahir pada tanggal 21 Juni 1959 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.