Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Garuda" karya Emha Ainun Nadjib menghadirkan gambaran mitos Garuda, simbol nasional Indonesia, sebagai suatu figur yang mengingatkan akan pentingnya keadilan dan kebenaran.
Metafora Garuda: Garuda dalam puisi ini diasosiasikan dengan keadilan dan kebenaran. Paruh Garuda yang menakutkan dan suaranya yang mengancam mencerminkan kekuatan dan otoritas dalam menegakkan keadilan.
Ancaman dan Tuntutan: Garuda mengancam akan menuntut balas bagi siapa pun yang melakukan ketidakadilan terhadap rakyatnya. Ancaman ini mencakup segala bentuk penindasan, penjajahan, dan eksploitasi.
Balasan yang Tegas: Garuda menjanjikan balasan yang setimpal bagi para pelaku kejahatan terhadap rakyatnya. Balasan ini mencakup berbagai hal, mulai dari penderitaan hingga kehilangan yang dialami oleh para pelaku kejahatan.
Pertanyaan Filosofis: Pada akhir puisi, Garuda menanyakan pertanyaan filosofis yang menantang, "Yang dungu aku atau kamu?" Pertanyaan ini menyoroti ketidaktahuan dan ketidakpedulian manusia terhadap keadilan dan kebenaran, serta menegaskan bahwa tindakan-tindakan yang merugikan rakyat akan mendapat konsekuensi yang serius.
Kritik Sosial: Puisi ini juga dapat dipahami sebagai kritik sosial terhadap para pemimpin atau penguasa yang menindas rakyatnya demi kepentingan pribadi atau golongan. Garuda menjadi simbol protes terhadap segala bentuk ketidakadilan dan penindasan yang terjadi dalam masyarakat.
Penegasan Identitas: Dengan menggunakan simbol Garuda, puisi ini juga menegaskan identitas nasional Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan kebebasan.
Secara keseluruhan, puisi "Sajak Garuda" adalah sebuah puisi yang mengingatkan akan pentingnya keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan rakyat dalam membangun suatu bangsa. Puisi ini membangkitkan kesadaran akan tanggung jawab sosial dan moral untuk melawan segala bentuk penindasan dan ketidakadilan.