Safia
Aku bukan ratu, aku raja
yang berpolitik lewat geliat sajak
dan cerita para sahaya
kepedulian yang tak pernah selesai
karena cinta mereka tak terhingga
tiga puluh lima tahun aku memerintah
padahal para petinggi mengira
aku tak akan pernah setara pria
dan Darussalam Jaya tak akan niscaya
Akulah sultan yang dipanggil Sultanah
Safia yang tak kenal selesa masa
setia menyelusuri tiap jejak
memungut tiap perih
yang ditinggalkan rakyat
di beranda hari
Aku berjalan tanpa pengawal
ke tiap lembah
sebagai perempuan biasa
kubuka pintu-pintu peradaban
kutitahkan Nurrudin Ar-raniri, Abdul Rauf Singkel,
para ulama, untuk menulis cahaya
kukirim para tokoh muda sekolah
hingga Mekkah Madinah.
Ilmu di pikiran di sanubari ditulis
jadi kitab jadi nadi umat
perpustakan negeri adalah firdaus
bagi kanak-kanak hingga para tetua
Pada masaku diumumkan 40 Qanun
undang-undang kerajaan tentang keberadaan
dan jumlah perempuan di parlemen
sedang pasukan khusus wanita kami
salah satu yang tercakap di dunia
Penuh izzah kami tetapkan aturan berniaga
dengan Inggris, Portugis, Belanda dan lainnya
Pada masa itu, tak satu pun dari rakyatku
yang sudi mendapat zakat
sebab harta, ilmu dan cinta
berlimpah ruah di lumbung kami
Maka zakat dan sedekah kami
sampai hingga Mekkah
dibawa ulama mereka Yusuf Al Qadri
Aku Safiatuddin Syah Tajul Alam
Putri Sultan Iskandar Muda
mereka memanggilku kemurnian iman,
mahkota dunia
Aku bukan ratu, aku raja
yang berpolitik lewat geliat sajak
dan cerita para sahaya
kepedulian yang tak pernah selesai
mengalir sampai kepala dan hati
ke denyut-denyut zamanmu.
Depok, 2 April 2011
Analisis Puisi:
Puisi "Safia" karya Helvy Tiana Rosa adalah sebuah karya yang mengangkat kisah seorang wanita yang kuat dan berpengaruh dalam sejarah, meskipun mungkin terlupakan oleh banyak orang. Melalui bahasa yang kuat dan penggunaan tokoh sejarah, penulis membawa pembaca dalam perjalanan hidup Safiatuddin Syah Tajul Alam, seorang pemimpin yang berperan penting dalam pembangunan masyarakatnya.
Pembuktian sebagai Pemimpin: Puisi ini dibuka dengan pernyataan yang kuat bahwa Safia bukanlah seorang ratu, tetapi seorang raja yang berpolitik melalui karya sastra dan cerita yang dia hasilkan. Ini mencerminkan upaya Safia untuk membuktikan bahwa seorang wanita juga mampu memimpin dan berkontribusi pada pembangunan masyarakatnya, meskipun banyak yang meragukannya.
Keberpihakan pada Rakyat: Dalam puisi ini, Safia digambarkan sebagai pemimpin yang sangat peduli pada rakyatnya. Selama masa pemerintahannya selama tiga puluh lima tahun, dia secara aktif memperjuangkan kepentingan rakyatnya, mengumpulkan perih mereka dan memastikan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi. Tindakannya untuk membuka pintu-pintu peradaban dan mengirimkan para tokoh muda untuk menuntut ilmu menunjukkan komitmennya pada pembangunan intelektual dan moral masyarakatnya.
Kesetaraan dan Keadilan: Puisi ini juga menyoroti upaya Safia untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender. Dia mengumumkan 40 Qanun (undang-undang) yang mencakup keberadaan dan jumlah perempuan di parlemen, serta mendirikan pasukan khusus wanita yang diakui di dunia. Tindakannya ini menunjukkan visinya untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua anggotanya.
Peninggalan dan Warisan: Melalui puisi ini, Safia diabadikan sebagai seorang pemimpin yang kuat dan berpengaruh, meskipun mungkin terlupakan oleh sejarah yang lebih luas. Warisannya dalam bentuk pembangunan intelektual, moral, dan sosial masih terasa hingga saat ini, dan puisi ini adalah sebuah penghormatan terhadap peran pentingnya dalam sejarah.
Politik Sastra sebagai Kekuatan: Penulis menekankan bahwa Safia menggunakan politik sastra sebagai alat untuk membangun dan memperjuangkan kepentingan rakyatnya. Puisi ini menegaskan bahwa sastra bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan kekuatan yang dapat mengubah dan mempengaruhi perjalanan sejarah dan kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, puisi "Safia" karya Helvy Tiana Rosa adalah sebuah penghormatan terhadap seorang pemimpin yang kuat dan berpengaruh dalam sejarah, serta sebuah pengingat akan kekuatan sastra dalam memperjuangkan keadilan dan perubahan sosial. Puisi ini mengajak pembaca untuk mengenang dan menghargai kontribusi wanita dalam pembangunan masyarakat, serta untuk menggunakan kekuatan sastra dalam menciptakan perubahan yang positif.
Karya: Helvy Tiana Rosa
Biodata Helvy Tiana Rosa:
- Dr. Helvy Tiana Rosa, S.S., M.Hum. lahir pada tanggal 2 April 1970 di Medan.