Restumu Ibu untuk Perjuanganku
Dia duduk di sudut bangku
Terdiam membisu bukan untuk melamun
Dia duduk di sudut bangku untuk merenung
Tentang apa yang dapat dilakukannya.
Wajahnya tengadah sesaat kemudian
Dipandanginya langit biru beku
Membawa kabar duka dari kelopak Kamboja putih mulai gugur tertiup topan serakah.
Disingsingkannya lengan baju lusuhnya
Dipanggulnya senjata
Melangkah tatap mata tajam mengarah penuh amarah.
Ya PETA adalah pasukannya.
"Aku harus mulai"
Katanya seraya menuju bunda yang memandangi dari ujung rumah.
"Mereka harus menerima balasan yang setimpal ibu"
"Tidakkah ibu terguncang hatimu melihat kesakitan yang menimpa kaummu?"
Ditatapnya wajah sendu seorang ibu yang telah menggulawentahnya.
Tak banyak kata yang terucap dari bibir wanita cantik berambut panjang itu.
Aku pamit akan memimpin sahabat teman dan saudaraku.
Maju bersama PETA
Kususul Parto yang telah mengibarkan Sang Saka di lapangan upacara.
Maju ke medan laga.
Kami ingin merdeka.
Sudah lama kami tersiksa.
Kerja paksa Romusha merajalela.
Harga diri wanita terinjak-injak.
Hak asasi manusia dikesampingkan.
Bangsa ini ingin lepas dari siksa penjajah.
Aku mohon restumu
Aku butuh jawaban ibu.
Bukan diam beku.
Aku tahu berat kau melepasku.
Tapi nurani harus membawaku ke medan itu.
Aku butuh restumu ibu.
Restu dewi kasih sayang.
Restu orang tua pada putra tercinta.
Perempuan berkulit sawo matang itu tersenyum.
Wajahnya sedikit berbinar meski matanya berkaca-kaca.
Waspo menetes di pipi yang halus
Mengalir seperti beningnya air sungai.
Aku trenyuh dan menghampirinya.
Sungkemku padanya.
Analisis Puisi:
Puisi "Restumu Ibu untuk Perjuanganku" karya Agus G. Budianto menggambarkan pertemuan emosional antara seorang anak yang akan pergi berperang dan ibunya yang memberikan restu.
Konflik Batin Anak dan Ibu: Penyair menggambarkan konflik batin anak yang merasa terpanggil untuk berperang demi kemerdekaan bangsanya, namun juga merasa berat meninggalkan ibunya. Sisi heroiknya sebagai seorang pejuang bersama PETA bertentangan dengan kepedihan meninggalkan ibunya yang telah merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Kesediaan Berjuang dan Pengorbanan: Puisi ini mencerminkan kesediaan anak untuk berjuang dan mengorbankan dirinya demi kemerdekaan bangsanya. Meskipun menyadari risiko dan bahaya yang menanti di medan perang, anak tersebut merasa terpanggil untuk membalas penganiayaan dan kesengsaraan yang dialami oleh kaumnya di bawah penjajahan.
Restu dan Kebahagiaan Ibu: Sisi paling sentral dari puisi ini adalah restu yang diberikan oleh ibu. Meskipun berat hati untuk melepaskan anaknya, ibu memberikan restu dengan penuh cinta dan kasih sayang. Walaupun kedua belah pihak merasa sedih atas kepergian anak, mereka menerima bahwa perjuangan ini adalah suatu keharusan yang didasari oleh keinginan untuk kebebasan dan martabat bangsa.
Simbolisme Air Mata dan Sungkem: Air mata yang mengalir di pipi ibu adalah simbol dari kesedihan yang mendalam namun juga rasa bangga dan cinta yang besar. Sungkem anak pada ibunya menunjukkan penghormatan yang dalam dan pengakuan akan peran dan kasih sayang yang telah diberikan oleh ibu.
Puisi "Restumu Ibu untuk Perjuanganku" menggambarkan perjuangan dan pengorbanan seorang anak dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsanya, serta restu yang diberikan oleh ibunya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Melalui ungkapan emosional dan simbolisme yang kuat, puisi ini menyoroti nilai-nilai keluarga, keberanian, dan pengabdian dalam konteks perjuangan kemerdekaan.
Karya: Agus G. Budianto