Rerumputan Makam
siapa yang berziarah? Ilalang merunduk
membuka waktu
gundukan tanah yang membaca kesenyapan.
Nisan yang diam
di antara mata yang basah, mengurai hari-hari
yang berjarak
seperti baru kulihat kelopak matamu
yang membawa sayap
sayap burung ke dalam keluasan langit.
Tafakur di antara
rerumputan yang tumbuh membagi sunyi
ada yang bertasbih. Sebuah kerinduan
mengalir diam-diam
ke dinding musim yang berputar,
membawa masa silam
menjadi kenangan. Napas berdenyut
di antara debur jantung
yang pernah berlayar.
Jauh di dalam ruang kekosongan.
Juni, 2016
Sumber: Giang Menulis Sungai, Kata-Kata Menjadi Batu (2017)
Analisis Puisi:
Puisi "Rerumputan Makam" karya Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang kehidupan, kematian, dan kenangan.
Metafora Makam dan Ilalang: Puisi ini menggunakan metafora rerumputan di sekitar makam untuk menggambarkan perasaan kesenyapan dan keheningan yang terkait dengan kematian. Ilalang yang merunduk melambangkan kerendahan hati dan kesunyian di hadapan kematian.
Simbolisme Nisan: Nisan yang diam menjadi simbol dari kenangan dan masa lalu yang telah berlalu. Mata yang basah dan hari-hari yang berjarak menggambarkan perasaan kehilangan dan rasa sakit atas kepergian yang tak terhindarkan.
Kelopak Matamu: Penyair memperhatikan kelopak mata pembaca, yang membawa perasaan kebebasan dan ekspansi seperti sayap burung dalam langit. Hal ini bisa diartikan sebagai keindahan dan keabadian dalam kenangan yang tetap hidup di dalam ingatan.
Tafakur dan Bertasbih: Ada ungkapan tafakur (merenung) dan bertasbih (menyembah) dalam puisi ini, menunjukkan perasaan spiritualitas dan introspeksi di tengah pemandangan alam yang sunyi. Kerinduan yang mengalir diam-diam juga menyoroti hubungan manusia dengan alam dan Tuhan.
Ruang Kekosongan: Puisi ini menggambarkan kekosongan yang terasa jauh di dalam hati, di mana kenangan dan napas masa lalu berdenyut. Ruang kekosongan ini bisa diartikan sebagai ruang untuk menghormati dan merayakan kehidupan yang telah berlalu.
Puisi "Rerumputan Makam" menggambarkan kehidupan, kematian, dan kenangan dengan cara yang puitis dan introspektif. Dengan menggunakan metafora alam dan simbolisme, puisi ini mengeksplorasi tema-tema universal tentang kehidupan manusia dan keabadian kenangan. Dengan kata-kata yang sederhana namun mendalam, Irawan Sandhya Wiraatmaja mempersembahkan karya yang meresapi dan mempesona pembaca.
Karya: Irawan Sandhya Wiraatmaja
Biodata Irawan Sandhya Wiraatmaja:
- Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah nama pena dari Dr. Mustari Irawan, M.P.A.
- Mustari Irawan lahir pada tanggal 21 Juni 1959 di Jakarta.