Rabu yang Menyatukan
Rabu menyatukan senja, jalan kota basah, dan secangkir kopi dalam sajak biru untuk kita nikmati
Rabu pertama di bulan April, sekali lagi kamu menyelami keabu-abuan Rabu yang setia membawamu pada dinamika hati dan perasaan
Kepulan uap mengudara dari cangkir putih di hadapanmu, menguarkan bau khas kopi yang diseduh dengan air mendidih
Dalam ruang hijau, berteman sepi, ada yang riuh di kepalamu
Cukup mendengar suaranya melalui alat pendengar yang tersampir di telingamu, sudah menyalakan ingin dalam doa diam-diam
Kamu tak bisa mengelak saat rindu datang menyapa, karena menolaknya sama saja bunuh diri
Jadi kamu nikmati saja sembari menyalami langit berpoles jingga yang sedikit mendung melalui bingkai jendela
Juga jalan-jalan basah dengan gerimis yang mencumbu pucuk dedaunan seolah mengajakmu untuk ikut serta merasai pertemuan
Bagimu, Rabu adalah sesuatu yang hidup, karena dalam perjalanannya ia selalu memberimu pintu-pintu baru untuk kamu jelajahi, kemudian membuat jemarimu menari di atas sajak biru atas kenangan yang ia tinggalkan
Rabu akan selalu hidup dalam dirimu
Dan kamu bukan siapa-siapa tanpa Rabu
2024
Analisis Puisi:
Puisi "Rabu yang Menyatukan" karya Lalik Kongkar menggambarkan suasana Rabu yang khas dan mampu menyatukan berbagai pengalaman dan perasaan dalam satu waktu dan tempat.
Penggambaran Suasana Rabu: Puisi ini memperlihatkan suasana Rabu dengan detail yang kaya, termasuk senja yang menyapu langit, jalan kota yang basah oleh hujan gerimis, dan aroma kopi yang menguar dari secangkir di hadapan penyair. Hal ini menciptakan gambaran yang kuat tentang atmosfer Rabu yang khas.
Dinamika Perasaan: Penyair mengeksplorasi dinamika perasaan yang terjadi pada hari Rabu. Meskipun mungkin ada keheningan atau kesendirian, Rabu juga memunculkan keinginan dan keinginan dalam doa-doa diam-diam. Penyair juga mengakui bahwa rindu sering kali datang tanpa bisa dihindari, dan menolaknya adalah hal yang sia-sia.
Hubungan Emosional dengan Hari Rabu: Bagi penyair, Rabu memiliki makna yang sangat dalam dan personal. Hari ini bukan hanya sekadar bagian dari rutinitas, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan kehidupan. Rabu membuka pintu-pintu baru dan memberikan kenangan yang berharga, yang kemudian menjadi bahan untuk puisi yang indah.
Identitas yang Terkait dengan Hari: Penyair mengakui bahwa keberadaannya terkait erat dengan hari Rabu. Hari ini bukan hanya sebuah tanggal dalam kalender, tetapi menjadi bagian dari identitas dan pengalaman hidup penyair. Tanpanya, penyair merasa kehilangan dan tidak lengkap.
Puisi "Rabu yang Menyatukan" karya Lalik Kongkar adalah sebuah penggambaran yang indah tentang hubungan emosional dan spiritual antara individu dengan hari Rabu. Puisi ini tidak hanya menggambarkan suasana dan pengalaman yang unik pada hari itu, tetapi juga menyoroti bagaimana hari tersebut memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan penyair. Rabu bukan hanya sebuah hari dalam seminggu, tetapi menjadi sumber inspirasi, keinginan, dan kenangan yang tak terlupakan.
Karya: Lalik Kongkar
Biodata Lalik Kongkar:
- Lalik Kongkar. Pemerhati Pembangunan Desa, Minat Kajian Politik, Filsafat dan Sastra.