Puisi: Perawan Gunung (Karya Iwan Konawe)

Puisi "Perawan Gunung" karya Iwan Konawe menggambarkan kontras antara kehidupan kota yang hiruk-pikuk dengan keanggunan alam yang terabaikan.
Perawan Gunung

Kendari di gigir malam
Denting waktu
Gemuruh jalanan
Tiada henti beradu, seperti saling berperang
Mengumbar kegelisahan

Perawan gunung dengan matanya yang api
Menerkam bulan sabit di atas tugu menara
Yang mati

Bunga kembang yang tumbuh di rok dan bajunya
Yang mengucupkan putik birahi di bibir dan alis
Meruntuhkan gemuruh pasar malam
Menaklukkan hingar diskotek
Café-café, hotel-hotel sepanjang pantai by pass

Jam dinding kota dan kerlap-kerlip lampu reklame
Masih terus berlarian, memburu yang hampa
Mengejar yang tiada
Tapi bunga kembang telah gugur sebelum waktunya
Cinta telah mati lebih dahulu

Perawan gunung, berlumuran getir
Di sudut taman kota
Pada sepi bangku gelagar
Matanya yang api
Dipadamkan dengan kembang roknya yang berdarah

Kendari, Mei 2014

Sumber: Ritus Konawe (2014)

Analisis Puisi:

Puisi "Perawan Gunung" karya Iwan Konawe menggambarkan suasana kota Kendari di malam hari, dengan menghadirkan gambaran tentang kegelisahan, kehampaan, dan kekosongan emosional yang melanda masyarakat perkotaan. Puisi ini menghadirkan perbandingan antara kehidupan kota yang hiruk-pikuk dengan keanggunan dan keberanian "perawan gunung", yang dihadirkan sebagai simbol alam dan keindahan yang terabaikan.

Kontras Antara Kehidupan Kota dan Alam: Puisi ini menggambarkan kontras antara kehidupan kota yang hiruk-pikuk dengan keanggunan dan ketenangan alam, yang diwakili oleh "perawan gunung". Kota digambarkan sebagai tempat gemuruh dan kegelisahan, di mana masyarakat terus berlomba-lomba dan mencari yang hampa. Di sisi lain, "perawan gunung" dipresentasikan sebagai sosok yang tenang dan berwibawa, dengan matanya yang memancarkan api dan keberanian.

Simbolisme "Perawan Gunung": "Perawan gunung" dalam puisi ini merupakan simbol alam yang teguh dan kuat, tetapi juga sensitif dan indah. Dia mewakili kekuatan alam yang mampu menaklukkan segala sesuatu di sekitarnya. Namun, meskipun memiliki keberanian yang besar, "perawan gunung" juga dipengaruhi oleh kehampaan dan kesedihan yang mengelilingi kehidupan kota.

Kehampaan dan Kegelisahan Kota: Puisi ini menyoroti kehampaan dan kegelisahan yang melanda kehidupan kota modern. Meskipun kehidupan kota dipenuhi dengan gemerlap lampu dan kesibukan, tetapi di balik itu semua terdapat kekosongan dan kehampaan yang tidak terucapkan. Orang-orang terus berlomba-lomba dan mencari hal-hal yang tidak jelas, tanpa menyadari bahwa cinta dan keindahan alam telah terkubur di tengah-tengah hiruk-pikuk kota.

Kritik terhadap Modernitas: Puisi ini juga dapat dipahami sebagai kritik terhadap dampak modernitas terhadap kehidupan manusia dan alam. Lampu-lampu reklame dan gemerlap kota digambarkan sebagai simbol kesibukan dan kekosongan yang tidak produktif. Sementara itu, "perawan gunung" dipandang sebagai penjaga keberanian dan keanggunan alam yang terancam oleh perubahan zaman.

Kesimpulan Melankolis: Puisi ini berakhir dengan gambaran yang melankolis tentang "perawan gunung" yang berlumuran getir dan kesedihan. Hal ini mencerminkan perasaan kehampaan dan kehilangan yang melanda masyarakat perkotaan, yang terus berusaha menemukan makna dalam kehidupan yang semakin hampa dan kosong.

Puisi "Perawan Gunung" karya Iwan Konawe adalah sebuah karya yang menggambarkan kontras antara kehidupan kota yang hiruk-pikuk dengan keanggunan alam yang terabaikan. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imajinatif, puisi ini menyampaikan pesan tentang kehampaan, kekosongan, dan kegelisahan yang melanda masyarakat perkotaan modern, serta keindahan dan keberanian alam yang terus memancar meskipun terpinggirkan.

Puisi
Puisi: Perawan Gunung
Karya: Iwan Konawe
Biodata Iwan Konawe:
  • Iwan Konawe (nama pena dari Irawan Tinggoa) lahir pada tanggal 8 Oktober 1980 di Anggaberi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.