Negeri Terasi
Belum kering bibirku berkata tentang revolusi
kamu malah ngulek terasi
sembunyi-sembunyi
di balik dinding sepi
apakah kamu tidak sadari
baunya kini menyebar hingga ke pelosok negeri
hebat sekali!
mungkin saja benar
negeri ini
memang negeri terasi
bukankah kita terlahir di sini
bahkan kita makan dari revolusi terasi
dari udang-udang busuk yang melengkung
kemudian diolah menjadi santapan
yang katanya lezat dan bergizi
dalam proses cinta nurani
yang berlandaskan dari resep kitab cinta hakiki
ini puisi dari negeri terasi
menanti revolusi
Cirebon, 2012
Analisis Puisi:
Puisi "Negeri Terasi" karya Ratu Ayu menggambarkan sebuah realitas sosial dan politik yang penuh ironi dan paradoks.
Simbolisme Terasi: Terasi digunakan sebagai simbol dari realitas yang menyengat dan tak terhindarkan dalam kehidupan sehari-hari. Baunya yang kuat dan menyebar mencerminkan kehadiran yang tak terelakkan dari persoalan-persoalan sosial dan politik yang ada di masyarakat.
Revolusi vs. Realitas Sehari-hari: Puisi ini menyoroti kontras antara cita-cita revolusi dan realitas sehari-hari yang seringkali terabaikan. Sementara pembicaraan tentang revolusi masih segar di bibir, kehidupan sehari-hari terus berlanjut dengan urusan sepele seperti menyiapkan terasi. Hal ini menunjukkan bahwa cita-cita revolusi seringkali tertutup oleh urusan sehari-hari yang tak terelakkan.
Ironi dan Kehidupan Sehari-hari: Ironi muncul dalam kesadaran bahwa meskipun ada harapan akan perubahan dan kemajuan (revolusi), kehidupan sehari-hari tetaplah diwarnai oleh hal-hal kecil dan biasa seperti menyiapkan makanan. Ironi ini menggambarkan kesenjangan antara cita-cita besar dan realitas yang keras dalam kehidupan sehari-hari.
Identitas dan Keterikatan: Puisi ini menyentuh pada identitas dan keterikatan seseorang terhadap tanah airnya. Meskipun terasa bau terasi di seluruh negeri, ini adalah bagian dari identitas dan warisan budaya yang melekat pada masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada kekurangan dan masalah di negeri ini, orang-orang masih merasa terikat dan mencintai tanah air mereka.
Penantian akan Perubahan: Puisi ini diakhiri dengan ungkapan penantian akan revolusi yang datang. Meskipun realitas sehari-hari mungkin terasa rutin dan bahkan menjemukan, harapan akan perubahan dan revolusi tetap hidup di hati orang-orang.
Dengan demikian, puisi "Negeri Terasi" adalah sebuah puisi yang menggambarkan ironi dan paradoks dalam kehidupan sehari-hari serta harapan akan perubahan dan revolusi di tengah-tengah realitas yang ada. Ini adalah sebuah pengingat akan pentingnya tetap berpegang pada cita-cita dan harapan, meskipun dihadapkan pada tantangan dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
Karya: Ratu Ayu