Musim Menari
Mari kubantu membungkus malam
dengan tarian hening. Berdua.
Musim menari tiba
Semua dikawinkan sesamanya
Maka jangan mengelak. Mari menari.
Biar tercium harum getah ketiakmu
Dan kujamah pelan sampur rambut
dari kamar yang lengang. Sendiri.
Inilah kijang tua menari
tanpa tembang tanpa gambang
Cuma angin. Gagap. Patah-patah.
Sekali mendengus dan tersesat
dalam geliat tangan sendiri.
Analisis Puisi:
Puisi "Musim Menari" karya Ketut Syahruwardi Abbas adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana musim yang berubah dan mengajak pembaca untuk merenung tentang perubahan dan perjalanan hidup. Puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti perubahan, kesendirian, dan kehadiran alam.
Metafora Musim Menari: Penyair menggunakan metafora musim menari untuk menggambarkan perubahan dalam kehidupan. Seperti tarian yang diiringi oleh musim yang berubah, manusia juga diundang untuk merangkul perubahan dan menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan.
Perubahan dan Kesendirian: Dalam puisi ini, tergambar perasaan kesendirian dan kehampaan. Kata-kata seperti "membungkus malam dengan tarian hening" dan "dari kamar yang lengang" menciptakan atmosfer kesunyian dan refleksi diri dalam menghadapi perubahan musim dan perjalanan hidup.
Penggambaran Alam dan Manusia: Penyair menghubungkan manusia dengan alam melalui gambaran musim menari dan tarian hening. Ini menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam, serta mengajak untuk merenungkan kedalaman dan kebesaran alam semesta.
Kesadaran akan Kehidupan: Puisi "Musim Menari" mengandung pesan yang dalam tentang kesadaran akan kehidupan dan penerimaan terhadap perubahan yang tak terelakkan. Penyair mengajak pembaca untuk menghadapi perubahan dengan bijaksana dan menerima setiap tahapan hidup dengan lapang dada.
Puisi "Musim Menari" adalah sebuah karya sastra yang memukau yang menggambarkan perubahan dalam kehidupan manusia melalui metafora musim dan tarian. Dengan bahasa yang indah dan imajinatif, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang kesendirian, perubahan, dan kehadiran alam dalam perjalanan hidup manusia. Ini adalah sebuah puisi yang memancing refleksi dan introspeksi diri, serta mengajak untuk merangkul setiap perubahan dengan keberanian dan kebijaksanaan.
Karya: Ketut Syahruwardi Abbas
Biodata Ketut Syahruwardi Abbas:
- Ketut Syahruwardi Abbas lahir pada tanggal 4 Mei 1959 di Pegayaman, Buleleng, Bali.
- Ketut Syahruwardi Abbas meninggal dunia pada tanggal 28 Oktober 2021.