Musim
Waktu bergerak seperti kabut
Menggiring keributan pemasang atribut
Kapling lahan pada otak para penonton, pengendara
Darah bergelora mencari tumbal bagi reklame dan kampanye
Gado-gado dusta dan es campur penjara
Tersaji seperti sampah dan comberan
Adalah kuliner demokrasi
Musim bertanam biji di ladang rakyat
Dipanen birokrat yang picik
Merogoh kocek petani, penduduk desa
Buruh kota, pengemis lampu merah
Cuaca calo telah tiba
Bertopeng tim sukses
Berebut seperti rentenir pemakan pupuk urea
Atas nama siapa negara berdiri
Bendera Nusantara tak berkibar
Aku berdiri di samping tiangnya
Menanti upacara senin pagi sejak sekolah dasar
O, musim
Kertasnya dari darah dan keringat
Sejarah yang mereka bunuh beramai-ramai
Menjadi puisi tak pantas konsumsi
Analisis Puisi:
Puisi "Musim" karya Rakai Lukman adalah sebuah kritik sosial yang tajam terhadap kondisi politik dan sosial di Indonesia. Rakai menggunakan gambaran musim sebagai metafora untuk menggambarkan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, dari musim pertanian hingga musim politik.
Kritik Terhadap Politik dan Perubahan Sosial: Rakai menyajikan gambaran tentang perubahan musim sebagai gambaran dari perubahan politik dan sosial di Indonesia. Dia menciptakan kontras antara musim pertanian, yang melambangkan kesuburan dan kesejahteraan rakyat, dengan musim politik yang dipenuhi dengan intrik dan kepentingan pribadi.
Gambaran Kejahatan Politik dan Korupsi: Dalam puisi ini, Rakai mengkritik praktek korupsi dan kejahatan politik yang merugikan rakyat. Dia menggambarkan bagaimana birokrat yang korup memanfaatkan hasil panen petani dan penduduk desa untuk kepentingan pribadi mereka sendiri, sementara rakyat menderita akibat tindakan mereka.
Kehilangan Identitas Nasional: Rakai menyentuh juga tentang kehilangan identitas nasional dalam konteks politik yang korup. Dia menggambarkan bagaimana lambang negara, seperti bendera Nusantara, kehilangan makna dan martabatnya karena tindakan-tindakan korupsi dan manipulasi politik.
Kritik Terhadap Pendidikan dan Budaya: Di bagian terakhir puisi, Rakai menyiratkan kritik terhadap pendidikan dan budaya yang gagal memupuk semangat patriotisme dan kesadaran politik yang sehat di kalangan generasi muda. Dia menunjukkan bagaimana sejarah dan nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi malah diabaikan dan terpinggirkan.
Keharuan dan Kritik: Meskipun puisi ini penuh dengan kritik sosial yang tajam, Rakai juga menampilkan keharuan dalam penggambarannya tentang musim dan simbol-simbol nasional. Dengan demikian, ia mengundang pembaca untuk merenungkan kondisi sosial dan politik yang ada sambil tetap menyelipkan harapan akan perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Secara keseluruhan, puisi "Musim" adalah sebuah karya sastra yang kuat dengan pesan sosial yang mendalam. Rakai Lukman menggunakan metafora musim untuk menggambarkan kondisi politik dan sosial di Indonesia dengan tajam dan penuh emosi, menantang pembaca untuk merenungkan peran masing-masing dalam perubahan sosial yang diinginkan.
Karya: Rakai Lukman
Biodata Rakai Lukman:
- Rakai Lukman (Lukmanul Hakim) lahir pada 1983 di Gresik.