Memandang Laut
memandang laut: memandang ombak, dan kelepak burung
burung di keluasan gelombang, garis horison di antara langit
dan laut yang seluas mata bertatapan di balik cahaya matahari
yang bergerak di antara gumpalan awan, ketinggian jarak
memandang bukit: memandang bebatuan menjulang, menjulur
di antara deburan ombak, tak letih-letihnya menyapa pantai
berbisik dan mencium pasir menghampar dan kerang yang
menepi dimainkan cuaca dan musim yang terus berputar
orang-orang yang termangu, di antara batu-batu
seperti sebuah kesunyian yang selalu meminta napas kediaman
orang-orang yang memintas, berloncatan di atas karang
bercumbu dengan kebeningan air dan rerumputan waktu
ke mana akan berjalan masa silam yang pernah tersimpan
di dalam gemuruh laut: sejarah yang membawa sebuah kerinduan.
Tepi Mediterania, 2016
Sumber: Giang Menulis Sungai, Kata-Kata Menjadi Batu (2017)
Analisis Puisi:
Puisi "Memandang Laut" karya Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah sebuah refleksi yang dalam tentang keindahan dan kekuatan alam, serta hubungannya dengan manusia.
Keindahan Alam: Puisi ini menggambarkan keindahan alam dengan detail yang mempesona. Penggambaran tentang laut yang luas, ombak yang bergulung, dan langit yang membentang memberikan kesan tentang kebesaran dan keagungan alam.
Perpaduan Antara Alam dan Manusia: Penyair menggambarkan hubungan yang erat antara alam dan manusia. Orang-orang yang termangu di antara batu-batu atau yang berloncatan di atas karang merupakan gambaran tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Waktu dan Sejarah: Puisi ini juga merenungkan tentang waktu dan sejarah. Dengan menyebut "ke mana akan berjalan masa silam yang pernah tersimpan," puisi ini menggambarkan kerinduan akan masa lalu dan pengaruhnya yang tetap ada dalam kehidupan manusia.
Simbolisme: Simbol-simbol alam seperti laut, ombak, dan bukit digunakan untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam tentang kehidupan, keberlangsungan, dan perubahan. Ombak yang tak pernah lelah menyapa pantai bisa diartikan sebagai keteguhan dan keabadian alam.
Kesunyian dan Kerinduan: Ada sentuhan kesunyian dalam puisi ini, yang menciptakan atmosfer introspeksi dan refleksi. Kesunyian tersebut juga menciptakan ruang untuk merenungkan kerinduan yang mungkin dirasakan oleh manusia terhadap alam dan sejarahnya.
Puisi "Memandang Laut" adalah sebuah karya yang memukau tentang keindahan alam dan hubungannya dengan manusia. Dengan penggambaran yang detail dan simbolisme yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kedalaman alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.
Karya: Irawan Sandhya Wiraatmaja
Biodata Irawan Sandhya Wiraatmaja:
- Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah nama pena dari Dr. Mustari Irawan, M.P.A.
- Mustari Irawan lahir pada tanggal 21 Juni 1959 di Jakarta.