Mata Dadu
...kau pun bisa tertangkap mata-mata
dadu dan menjadi mainan dalam permainan
itu..
kau kenal mata perempuan
laut musim panas seperti
lempengan kaca raksasa di atas pasir
dengan buih-buih terbakar sinar kuningan
matahari bagaikan ribuan bintang
bunga malam yang agung?!
Begitulah, seperti mata perempuan
Kedip pesona mata dadu itu menyihir kami
Memasuki arena
Bertarung mempertahankan nasib
Dan kami kalah
Kini tak ada lagi kamu miliki
Puncak bukit emas mahkota
Bahkan kemerdekaan diri
Segalanya harus kau serahkan
Karena janji
Harus dilunasi
Sebuah jendela terbuka
Kami pun terjaga
Dari mimpi celaka ini
Tapi tak bisa menolaknya
Kami mesti terendam
Dalam pusaran panas
Asap api belerang
Sampai fajar terakhir masa
Pembuangan ini
1996
Analisis Puisi:
Puisi "Mata Dadu" sebuah K. Landras Syaelendra adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seseorang dalam menghadapi permainan kehidupan yang keras dan tak terduga. Dengan menggunakan metafora dadu dan mata sebagai simbol, penyair menggambarkan kompleksitas dan ketidakpastian hidup.
Simbolisme Dadu dan Mata: Penyair menggunakan simbolisme dadu dan mata untuk menggambarkan kehidupan sebagai sebuah permainan yang dipenuhi dengan keberuntungan, keputusan, dan konsekuensi. Dadu adalah simbol dari ketidakpastian dan tak terduga, sementara mata merupakan simbol dari keputusan dan perjalanan spiritual.
Ketidakpastian dan Keputusan: Puisi ini menyoroti tema ketidakpastian dalam kehidupan, di mana seseorang dapat "tertangkap mata-mata dadu" dan menjadi bagian dari permainan yang sulit untuk dikontrol. Keputusan yang diambil dapat membawa seseorang ke dalam situasi yang sulit, di mana mereka harus bertarung untuk mempertahankan nasib mereka.
Kehilangan dan Pengorbanan: Penyair menggambarkan pengalaman kehilangan dan pengorbanan yang dialami oleh seseorang dalam perjalanan kehidupan. Kehilangan puncak kejayaan dan kemerdekaan diri menjadi konsekuensi dari permainan ini, dan mereka harus menyerahkan segalanya karena janji yang harus dilunasi.
Penolakan dan Keharusan: Meskipun ada dorongan untuk menolak permainan ini dan melarikan diri dari konsekuensinya, seseorang harus menerima kenyataan dan terendam dalam pusaran panas kehidupan. Mereka harus menghadapi asap api belerang dan menerima bahwa ini adalah bagian dari pengalaman hidup mereka sampai akhir dari masa pembuangan ini.
Puisi "Mata Dadu" adalah sebuah karya sastra yang menyampaikan pesan yang mendalam tentang ketidakpastian, keputusan, kehilangan, dan pengorbanan dalam perjalanan kehidupan. Dengan menggunakan simbolisme dadu dan mata, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti dan makna dari setiap keputusan yang diambil dalam kehidupan, serta konsekuensi yang harus diterima dengan penuh kesadaran dan keberanian.
Karya: K. Landras Syaelendra
Biodata K. Landras Syaelendra:
- K. Landras Syaelendra lahir pada tahun 1959 di Banjar Pengembungan, Pejeng Kangin, Bali.