Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Malam Tahun Baru (Karya Irawan Sandhya Wiraatmaja)

Puisi "Malam Tahun Baru" membawa pembaca ke dalam refleksi yang dalam tentang momen perayaan yang berdampingan dengan kesedihan dan kenangan.
Malam Tahun Baru (1)

Terompet yang ditiup oleh anakku dengan terengah-engah, mencari kembali
suara-suara yang pernah keluar dari lubang keringat tubuh kota-kota
di tengah air mancur, patung batu hanya menggelengkan kepala
"mungkin suara-suara nyaring itu tersimpan di dalam masa silammu..."
Kembang api yang disulut anakku dengan kelopak mata terpejam, menelusuri
kembali jejak-jejak warna yang memudar di jalan-jalan gaduh dan lusuh
di pinggir taman, mawar yang malam hanya gelisah memandang rembulan
"cahayamu telah dimainkan angin jadi butiran waktu yang luruh di derai rambutmu"
Bapa, suara dan cahaya itu mengalir dalam tubuhku!

Malam Tahun Baru (2)
 
Bunyi petasan yang pernah terlempar dan meledak di halaman, sekarang tertidur
di rak-rak buku yang tertata di dalam lemari, yang mungkin aku lupa menguncinya
sehingga gelegar suara dan asap-asap yang berbau mesiu mengalir di sela-sela waktu
sampai pada percakapan beranda: antara aku dan anakku yang diam-diam menulis malam
ketika burung-burung terusir dari sarang di pepohonan, terbang ke arah jarak yang berkabut
anakku, biarkan saja ledakan petasan itu menjadi waktu yang menghampir ke laut.

Jakarta, 31 Desember 2016

Sumber: Air Mata Topeng (2017)

Analisis Puisi:

Puisi "Malam Tahun Baru" karya Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang momen perayaan pergantian tahun.

Malam Tahun Baru (1): Pada bagian pertama, penyair menggambarkan suasana malam tahun baru melalui pengamatan anaknya yang meniup terompet dan menyalakan kembang api. Namun, suasana perayaan ini diiringi dengan refleksi yang mendalam tentang suara-suara dan warna-warna yang pernah ada, namun kini hanya tersimpan dalam kenangan. Patung batu yang menggelengkan kepala dan mawar yang gelisah menambah nuansa melankolis pada suasana malam yang riuh itu. Penyair juga merenungkan bahwa suara dan cahaya yang dulu begitu hidup kini mengalir dalam dirinya, menyoroti pemahaman yang mendalam tentang perubahan dan kenangan.

Malam Tahun Baru (2): Pada bagian kedua, penyair melanjutkan refleksinya dengan menggambarkan bunyi petasan yang kini tertidur di rak buku, mungkin dilupakan dan terkubur di antara halaman-halaman masa lalu. Meskipun demikian, kenangan akan percakapan di beranda antara penyair dan anaknya yang diam-diam menulis malam tetap mengalir. Suasana malam yang sepi, dihiasi dengan burung-burung yang terusir dari sarang mereka, memberikan kesan tentang keheningan dan introspeksi. Penyair mengajak anaknya untuk membiarkan ledakan petasan menjadi bagian dari waktu yang mengalir menuju ke laut, menekankan pentingnya menerima dan merangkul perubahan serta perjalanan waktu.

Puisi "Malam Tahun Baru" membawa pembaca ke dalam refleksi yang dalam tentang momen perayaan yang berdampingan dengan kesedihan dan kenangan. Melalui pengamatan anaknya, penyair menggambarkan keindahan dan kompleksitas dari perayaan tahun baru, sambil menyoroti tema tentang perubahan, kenangan, dan keheningan. Dengan bahasa yang indah dan imajinatif, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sejati dari perayaan dan bagaimana waktu memainkan perannya dalam membentuk pengalaman manusia.

Irawan Sandhya Wiraatmaja
Puisi: Malam Tahun Baru
Karya: Irawan Sandhya Wiraatmaja

Biodata Irawan Sandhya Wiraatmaja:
  • Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah nama pena dari Dr. Mustari Irawan, M.P.A.
  • Mustari Irawan lahir pada tanggal 21 Juni 1959 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.