Luka Duka Kita
Bumi kini sakit
kau kuras dahak muntahkan dalam gelombang
bengkak perutmu mengembang tak tertahan
meletus retak luruh terbelah
Menyapu tundukkan kecongkakan
menjepit remukkan kekekaran
menyeret tenggelamkan ketinggian
memindah alam dalam 360 derajat putaran
Langit murka pada bumi yang menyimpang pada rotasinya
tak perlu saksi yang berargumentasi dengan sangsi
ucap kotor terkunci dengan belati
jemari rusuh terlepas dari sendi-sendi
Hembusan napas terakhir silih berganti
satu dua tiga empat sampai tak terhitung dengan jari
kanan kiri rintih menggigit bibir kelu beku
asa pilu dalam sendu mengadu
Donggala dan Palu
kau hilang dari peta mata
kau sirna lebur remuk tak berbentuk
menyisakan jiwa-jiwa sunyi tak bersaudara
Putus asa dalam kesendirian tak berdaya
Palu, Donggala
luka dan duka
luka kita
duka kita
Bekasi, 1 Oktober 2018
Sumber: Elegi Puing Cinta yang Tersisa (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Luka Duka Kita" karya Titi Widaryanti adalah sebuah karya yang menggambarkan penderitaan dan kehancuran yang disebabkan oleh bencana alam, dengan fokus pada gempa bumi dan tsunami yang melanda Donggala dan Palu. Melalui bahasa yang penuh emosi dan deskripsi yang kuat, penulis membawa pembaca ke dalam pengalaman luka dan duka yang mendalam akibat tragedi tersebut.
Gambaran Kesakitan Bumi: Puisi ini menggambarkan bumi sebagai entitas yang sakit dan menderita. Dengan metafora seperti "kau kuras dahak muntahkan dalam gelombang" dan "bengkak perutmu mengembang tak tertahan", penulis menyampaikan gambaran fisik dari kesakitan bumi yang terjadi selama gempa bumi dan tsunami. Ini menciptakan suasana penderitaan yang kuat dan menyentuh.
Kehancuran dan Kepedihan: Deskripsi tentang "retak luruh terbelah" dan "meletus retak luruh terbelah" menciptakan gambaran yang kuat tentang kehancuran yang terjadi akibat bencana tersebut. Penulis juga menggambarkan keprihatinan dan duka yang dirasakan oleh manusia dengan menggambarkan "rintih menggigit bibir kelu beku" dan "asa pilu dalam sendu mengadu".
Kesendirian dan Keputusasaan: Puisi ini juga menyoroti kesendirian dan keputusasaan yang dirasakan oleh para korban bencana. Penulis menciptakan gambaran tentang Donggala dan Palu yang "hilang dari peta mata" dan "menyisakan jiwa-jiwa sunyi tak bersaudara", menggambarkan perasaan terasing dan kesepian yang dirasakan oleh mereka yang selamat dari bencana.
Solidaritas dan Empati: Meskipun puisi ini mencerminkan kehancuran dan kepedihan yang tak terkatakan, ada juga sentuhan solidaritas dan empati. Dengan menyatakan bahwa "luka kita, duka kita", penulis menegaskan bahwa semua orang merasakan rasa sakit dan kesedihan yang sama akibat bencana ini. Ini mengajak pembaca untuk bersatu dan mendukung satu sama lain dalam menghadapi masa-masa sulit.
Dengan demikian, puisi "Luka Duka Kita" karya Titi Widaryanti adalah sebuah penggambaran yang kuat dan mengharukan tentang penderitaan dan kehancuran yang disebabkan oleh bencana alam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kerentanan manusia di hadapan kekuatan alam, serta pentingnya solidaritas dan empati dalam mengatasi kesulitan dan kepedihan bersama-sama.
Karya: Titi Widaryanti
Biodata Titi Widaryanti:
- Titi Widaryanti, S.Pd. lahir pada tanggal 12 Maret 1971 di Kabupaten Semarang.