Puisi: Literatur Suara (Karya Irawan Sandhya Wiraatmaja)

Puisi "Literatur Suara" karya Irawan Sandhya Wiraatmaja menyampaikan pesan filosofis yang dalam tentang kehidupan, komunikasi, dan kematian.
Literatur Suara

"Kuberikan seluruh suaraku padamu," kata kaleng yang masih menyembunyikan harum ikan sardencis dalam mulutnya, kepada kucing yang sedang menikmati hari-hari di dalam tubuh kekasihnya

"Kuberikan seluruh gairah napasku muasal," kata kucing sambil memainkan lidah pada seluruh bulu-bulu yang malam dengan liur menetes kepada kaleng yang mengacungkan tangannya

Maka kaleng memukul tubuhnya sekeras mungkin agar suara rombengnya sampai pada telinga, dan kucing terus mengeong membuat kegaduhan karena dibakar berahi

Di pucuk malam, orang-orang mendengar suara-suara mereka seperti musik yang penuh harmoni untuk pengantar tidur dan mimpi-mimpi bersijingkat di antara kelopak mata yang gerimis

Pagi hari seseorang berkata "kucing itu mati karena terlalu banyak memakan suara", orang-orang menutup hidung dan bergegas meninggalkan masa silam. Tak ada kata kata yang tercatat. Tak ada air mata.

1996

Sumber: Anggur, Apel, dan Pisau Itu (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Literatur Suara" karya Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah sebuah karya yang penuh dengan metafora dan gambaran yang kaya akan makna.

Perwujudan Makna Melalui Objek: Penyair menggunakan objek-objek sehari-hari, seperti kaleng dan kucing, untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam tentang hubungan manusia dan makhluk lain, serta komunikasi yang terjadi di antara mereka. Kaleng dan kucing mewakili dua entitas yang berbeda tetapi saling berhubungan, menggambarkan kompleksitas interaksi di dalamnya.

Metafora tentang Hubungan Manusia dan Alam: Melalui kaleng dan kucing, penyair menggambarkan hubungan manusia dengan alam dan makhluk lain. Kaleng yang memberikan seluruh suaranya pada kucing menggambarkan konsep pemberian dan komunikasi antar makhluk hidup, sementara kucing yang tergoda oleh gairah kaleng menggambarkan daya tarik alami yang ada di dalam alam.

Penggunaan Bahasa yang Imajinatif: Penyair menggunakan bahasa yang kaya dan imajinatif untuk menggambarkan adegan-adegan dalam puisi. Misalnya, penggunaan kata-kata seperti "harum ikan sardencis" dan "mulutnya yang mengacungkan tangannya" memberikan gambaran visual yang hidup tentang objek-objek tersebut, sehingga meningkatkan daya tarik estetika puisi.

Penafsiran tentang Kehidupan dan Kematian: Puisi ini juga mengandung pesan filosofis tentang kehidupan dan kematian. Pernyataan "kucing itu mati karena terlalu banyak memakan suara" dapat ditafsirkan sebagai peringatan tentang bahaya obsesi terhadap hal-hal duniawi dan materi, yang pada akhirnya dapat menghancurkan kehidupan.

Kesimpulan yang Menggugah: Dengan nada yang menggugah dan penuh misteri, puisi ini menunjukkan kepada pembaca tentang kompleksitas hubungan antara manusia, alam, dan makhluk hidup lainnya. Kesimpulan yang tanpa kata-kata dan tanpa air mata menekankan ketidakpastian dan kekosongan yang ada dalam perjalanan hidup.

Puisi "Literatur Suara" merupakan karya sastra yang menggugah dan membingkai hubungan manusia dengan alam serta kompleksitas dalam interaksi antar makhluk hidup. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang kaya, penyair berhasil menyampaikan pesan filosofis yang dalam tentang kehidupan, komunikasi, dan kematian.

Irawan Sandhya Wiraatmaja
Puisi: Literatur Suara
Karya: Irawan Sandhya Wiraatmaja

Biodata Irawan Sandhya Wiraatmaja:
  • Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah nama pena dari Dr. Mustari Irawan, M.P.A.
  • Mustari Irawan lahir pada tanggal 21 Juni 1959 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.