Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Lima Kuatrin Reranting (Karya Irawan Sandhya Wiraatmaja)

Puisi "Lima Kuatrin Reranting" karya Irawan Sandhya Wiraatmaja menggambarkan keindahan alam dan kompleksitas hubungan antara alam dan manusia.
Kuatrin Reranting (1)

ranting-ranting yang patah tersangkut
di gigir pesisir, ombak laut, di antara gundukan pasir
dan tumpukan balok kayu, kauberjalan diam-diam
menghapus bayang-bayang yang kehilangan cahaya matahari

Kuatrin Reranting (2)
 
daun-daun tersisa di ujung reranting, menggeliat ditikam musim
ada yang menyimpan desir angin di tubuh nyeri
memanggil kembali anak-anak yang berlarian dari batas garis
antara cahaya dan partikel-partikel yang melayang di langit mengiris

Kuatrin Reranting (3)
 
Tak ada jarak, reranting dan akar
Daun-daun berumah di reranting, akar menembus tanah
Menjaga guguran daun yang lepas dari urat dahan-dahan
Di mana kausembunyi di balik sarang burung yang kehilangan kelepak?

Kuatrin Reranting (4)
 
pada waktu yang ditentukan , suara akan sampai
dalam kerimbunan ranting-ranting yang patah, luruh perlahan
bersama gerimis yang telah meninggalkan jarak kediaman
antara bayang-bayang yang mencair ke dalam air dan kabut yang menggigil

Kuatrin Reranting (5)
 
Pohon-pohon yang membagi reranting untuk patah, gemeretak
Bersama dahan, daun-daun membuka cahaya dari tubuh waktu
Yang meninggalkan warna hitam, gelap dan meluruhkan butiran debu
Ke atas semak belukar, berbayang di balik matamu yang malam.

Januari, 2019

Sumber: Vu Berbilang Akar-Akar Kecubung (2019)

Analisis Puisi:

Puisi "Lima Kuatrin Reranting" karya Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah karya yang menggambarkan keindahan alam dan kompleksitas hubungan antara alam dan manusia.

Kuatrin Reranting (1): Pada bagian pertama, penyair mengeksplorasi gambaran ranting-ranting yang patah yang tersangkut di berbagai tempat di pesisir. Ini menciptakan gambaran tentang kehancuran dan keheningan yang hadir di alam. Ranting-ranting yang patah menjadi simbol kehilangan dan ketidakstabilan, sementara gigir pesisir, ombak laut, dan gundukan pasir menciptakan latar belakang alam yang luas dan dramatis.

Kuatrin Reranting (2): Bagian kedua memperluas tema keberadaan alam dengan menyoroti daun-daun yang tersisa di ujung reranting. Penyair menangkap perjuangan alam melawan musim yang berubah, dengan daun-daun yang menggeliat di bawah pengaruh angin dan musim. Ini menciptakan gambaran tentang kehidupan yang keras dan berkelanjutan di alam.

Kuatrin Reranting (3): Di bagian ketiga, fokus ditujukan pada hubungan antara reranting dan akar. Penyair mengeksplorasi konsep persatuan antara bagian atas dan bawah pohon, menciptakan gambaran tentang kesatuan dan ketergantungan dalam alam. Sarang burung yang disebutkan menambah lapisan keindahan dan misteri pada gambaran alam yang digambarkan.

Kuatrin Reranting (4): Bagian keempat menghadirkan gambaran yang lebih melankolis tentang kerimbunan ranting-ranting yang patah dan gerimis yang meninggalkan jarak kediaman. Ini menciptakan suasana yang suram dan menyentuh, dengan bayang-bayang yang mencair ke dalam air dan kabut yang menggigil menciptakan gambaran keheningan dan kehancuran.

Kuatrin Reranting (5): Pada bagian terakhir, penyair menyimpulkan dengan gambaran gemeretak pohon-pohon yang membagi reranting untuk patah. Ini menciptakan gambaran tentang kehidupan yang berkelanjutan di alam, di mana cahaya terus berusaha menembus gelap dan butiran debu. Gambaran tentang semak belukar yang berbayang di balik "matamu yang malam" menambah lapisan misteri dan kedalaman pada akhir puisi.

Puisi "Lima Kuatrin Reranting" adalah puisi yang menggambarkan keindahan dan kompleksitas alam dengan bahasa yang indah dan imajinatif. Melalui gambaran-gambaran yang kuat dan mendalam, penyair berhasil menyampaikan pesan tentang kehidupan, kehancuran, dan keindahan alam secara menyeluruh.

Irawan Sandhya Wiraatmaja
Puisi: Lima Kuatrin Reranting
Karya: Irawan Sandhya Wiraatmaja

Biodata Irawan Sandhya Wiraatmaja:
  • Irawan Sandhya Wiraatmaja adalah nama pena dari Dr. Mustari Irawan, M.P.A.
  • Mustari Irawan lahir pada tanggal 21 Juni 1959 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.