Jari-Jari Bumi
Belajar menggelinding ke pangkuan malam
Sambil menyeduh airmata hari yang sakral,
Tubuh tua kami tak akan lagi mampu bertahan.
Tangan matahari senantiasa lembut ketika
Menyentuh permukaan kulit kami yang retak
Jauh sebelum kami belajar mencintai gravitasi.
Partikel-partikel angkasa belajar mengendap
Atau melekat sedangkan bagi kami semata
Wangi bulan yang menggerakkan tubuh kami.
Revolusi adalah cinta yang mengucapkan diri
Dan membuat perhitungan bagi wajah semesta
Yang tak pernah lembut menyentuh hati kami.
Tarian kami yang kelam memang tak mungkin
Dipahami para bintang yang selalu mencari
Cara menaklukkan gelisah dari luar diri kami.
Naimata, 2013
Analisis Puisi:
Puisi "Jari-Jari Bumi" karya Mario F. Lawi menggambarkan hubungan kompleks antara manusia dan alam semesta, dengan mengeksplorasi tema-tema seperti kehancuran, keabadian, dan eksistensi manusia dalam kosmos.
Keterhubungan dengan Alam Semesta: Puisi ini menyoroti hubungan intim antara manusia dan alam semesta. Bahasa yang digunakan, seperti "belajar menggelinding ke pangkuan malam", menggambarkan upaya manusia untuk memahami dan merasakan kedalaman alam semesta.
Kehancuran dan Keterbatasan Manusia: Dalam penggambaran tubuh tua yang tidak mampu bertahan, puisi ini mengeksplorasi tema kehancuran dan keterbatasan manusia. Ini mencerminkan kerentanan manusia dalam menghadapi perubahan alam dan waktu yang tak terelakkan.
Kehidupan dan Kematian: Puisi ini merenungkan keabadian alam semesta, dengan menyajikan gambaran tentang tangan matahari yang lembut menyentuh kulit yang retak. Ini menciptakan kontras antara kelembutan matahari dan kerapuhan tubuh manusia, menyoroti siklus kehidupan dan kematian yang tak terelakkan.
Keanggunan dan Kekuatan Alam: Penyair menggambarkan alam semesta sebagai entitas yang anggun namun kuat, dengan menggambarkan revolusi sebagai "cinta yang mengucapkan diri" dan wajah semesta yang tak pernah lembut. Ini menggambarkan kekuatan dan kompleksitas alam yang tak terkendali oleh manusia.
Ketidakmampuan Manusia untuk Memahami Alam Semesta: Dalam bagian terakhir, puisi ini menyoroti ketidakmampuan manusia untuk sepenuhnya memahami atau menguasai alam semesta. Meskipun manusia berusaha untuk menyelami misteri kosmos, tarian mereka yang kelam tetap menjadi misteri bagi para bintang yang selalu mencari cara untuk menaklukkan gelisah manusia.
Puisi "Jari-Jari Bumi" adalah refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam semesta. Dengan menggunakan bahasa yang indah dan gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kedalaman dan kompleksitas alam semesta, serta kedudukan manusia di dalamnya.
Karya: Mario F. Lawi
Biodata Mario F. Lawi:
- Mario F. Lawi lahir pada tahun 1991 di Kupang.