Puisi: Jalanan (Karya Emha Ainun Nadjib)

Puisi Jalanan karya Emha Ainun Nadjib menggambarkan realitas pahit kehidupan jalanan yang seringkali terpinggirkan oleh masyarakat.
Jalanan

Hendaklah puisiku lahir dari jalanan
Dari desah napas para gelandangan
Jangan dari gedung-gedung besar
Dan lampu gemerlapan

Para pengemis yang lapar
Langsung menjadi milik Tuhan
Sebab rintihan mereka
Tak lagi bisa mengharukan

Para pengemis menyeret langkahnya
Para pengemis batuk-batuk
Darah dan hatinya menggumpal
Luka jiwanya amat dalam mengental

Hendaklah puisiku anyir
Seperti bau mulut mereka
Yang terdampar di trotoar
Yang terusir dan terkapar

Para pengemis tak ikut memiliki kehidupan
Mereka mengintai nasib orang yang dijumpainya
Tetapi zaman telah kebal
Terhadap derita mereka yang kekal

Hendaklah puisi-puisiku
Bisa menjadi persembahan yang menolongku
Agar mereka menerimaku menjadi sahabat
Dan memaafkan segala kelalaianku

Yang banyak dilupakan orang ialah Tuhan.
Para gelandangan dan korban-korban kehidupan
Aku ingin jadi karib mereka
Agar bisa belajar tentang segala yang fana

Yogya, 1977

Sumber: Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978)

Analisis Puisi:
Puisi Jalanan karya Emha Ainun Nadjib adalah sebuah karya sastra yang mengangkat tema kehidupan para gelandangan dan pengemis. Dalam puisi ini, Emha Ainun Nadjib dengan lugas menggambarkan realitas pahit kehidupan jalanan yang seringkali terpinggirkan oleh masyarakat.

Tema Kehidupan Jalanan: Puisi Jalanan mengangkat tema kehidupan jalanan dengan segala realitasnya. Emha Ainun Nadjib menyoroti kondisi para gelandangan dan pengemis yang seringkali diabaikan oleh masyarakat. Dalam setiap bait, ia mengeksplorasi beragam aspek kehidupan jalanan, mulai dari kesulitan ekonomi, kesakitan fisik, hingga kekosongan spiritual.

Realisme Sosial: Melalui puisinya, Emha Ainun Nadjib menciptakan gambaran yang sangat realistis tentang kehidupan di jalanan. Ia menggambarkan bagaimana para pengemis harus bertahan hidup dengan kondisi yang keras dan penuh penderitaan. Bahasa yang digunakan pun sederhana namun mengena, sehingga berhasil menggambarkan keadaan sebenarnya tanpa hiasan yang berlebihan.

Empati dan Kemanusiaan: Puisi ini juga mencerminkan rasa empati dan kepedulian terhadap para gelandangan dan pengemis. Emha Ainun Nadjib menunjukkan kesadaran akan keberadaan mereka sebagai sesama manusia yang pantas mendapat perhatian dan kasih sayang. Ia mengajak pembaca untuk lebih peka terhadap kondisi sosial yang terpinggirkan ini dan menawarkan gagasan tentang pentingnya menjadi sahabat bagi mereka.

Kritik Terhadap Masyarakat: Puisi ini juga dapat dianggap sebagai sebuah kritik terhadap masyarakat yang seringkali acuh tak acuh terhadap penderitaan sesama. Dengan menyoroti realitas kehidupan jalanan, Emha Ainun Nadjib mengajak kita untuk merenungkan ulang sikap dan peran kita dalam membantu sesama yang membutuhkan.

Kehadiran Spiritualitas: Meskipun puisi ini menggambarkan kondisi yang keras dan penuh penderitaan, namun ada juga kehadiran spiritualitas yang cukup kuat. Emha Ainun Nadjib menyinggung tentang pentingnya hubungan dengan Tuhan dan kebutuhan akan makna dalam kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa-bahasa yang mengarah pada aspek spiritual, seperti "milik Tuhan", "menjadi persembahan", dan "karib mereka".

Secara keseluruhan, puisi Jalanan karya Emha Ainun Nadjib merupakan sebuah karya sastra yang menyentuh dan memberikan gambaran yang jelas tentang realitas kehidupan di jalanan. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun mengena, ia berhasil mengajak pembaca untuk merenungkan ulang sikap dan peran mereka dalam membantu sesama yang membutuhkan, serta mengingatkan akan pentingnya hubungan spiritual dalam menjalani kehidupan.

Emha Ainun Nadjib
Puisi: Jalanan
Karya: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)
© Sepenuhnya. All rights reserved.