Puisi: Doa Syukur Sawah Ladang (Karya Emha Ainun Nadjib)

Puisi "Doa Syukur Sawah Ladang" karya Emha Ainun Nadjib menggambarkan keindahan dan keberlimpahan alam, serta mengajak pembaca untuk merenungkan ...
Doa Syukur Sawah Ladang

atas padi yang engkau tumbuhkan dari sawah ladang bumimu, kupanjatkan syukur dan kunyanyikan lagu gembira sebagaimana padi itu sendiri berterima kasih kepadamu dan bersukaria

lahir dari tanah, menguning di sawah, menjadi beras di tampah, kemudian sebagai nasi memasuki tenggorokan hambamu yang gerah, adalah cara paling mulia bagi padi untuk tiba kembali di pangkuanmu

betapa gembira hati pisang yang dikuliti dan dimakan oleh manusia, karena demikianlah tugas luhurnya di dunia, pasrah di pengolahan usus para hamba, menjadi sari inti kesehatan dan kesejahteraannya

demikianpun betapa riang udara yang dihirup, air yang direguk, sungai yang mengaliri pesawahan, kolam tempat anak-anak berenang, lautan penyedia bermilyar ikan, serta kandungan bumimu yang menyiapkan berjuta macam hiasan

atas segala tumpahan kasih sayangmu kepadaku ya allah, baik yang berupa rejeki maupun cobaan, kelebihan atau kekurangan, kudendangkan rasa bahagia dan tekadku sebisa-bisa untuk membalas cinta

aku bersembahyang kepadamu, berjamaah dengan langit dan bumimu, dengan siang dan malammu, dengan matahari yang setia bercahaya dan angin yang berhembus menyejukkan desa-desa

1988

Sumber: Cahaya Maha Cahaya (1988)

Analisis Puisi:
Puisi "Doa Syukur Sawah Ladang" karya Emha Ainun Nadjib adalah sebuah ungkapan syukur yang mendalam terhadap karunia alam dan kebesaran Sang Pencipta. Dalam puisi ini, Emha Ainun Nadjib menggambarkan keindahan dan keberlimpahan alam, serta mengajak pembaca untuk merenungkan makna syukur dan hubungan spiritual dengan Tuhan.

Ungkapan Syukur terhadap Alam: Puisi ini dibuka dengan ungkapan syukur yang mendalam terhadap hasil panen padi dari sawah ladang. Emha Ainun Nadjib menggambarkan bagaimana padi, pisang, udara, air, sungai, dan lautan semua mengandung keajaiban alam yang mempesona. Penggunaan gambaran alam ini menciptakan suasana yang penuh dengan keberlimpahan dan keindahan alam.

Perjalanan Padi dan Pisang: Di bait kedua dan ketiga, Emha Ainun Nadjib menggambarkan perjalanan padi dan pisang dari sawah dan kebun ke meja makan manusia. Ini menciptakan gambaran tentang siklus kehidupan alam yang mengandung makna yang mendalam, di mana padi dan pisang berperan dalam memberikan nutrisi dan kehidupan bagi manusia.

Keterhubungan dengan Alam: Puisi ini juga mengeksplorasi tema keterhubungan manusia dengan alam dan Sang Pencipta. Melalui ungkapan syukur dan doa kepada Tuhan, Emha Ainun Nadjib mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan spiritual yang ada antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Ini menciptakan gambaran tentang rasa keterhubungan yang mendalam dan pengakuan akan kebesaran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.

Makna Syukur: Puisi ini juga mencerminkan makna syukur yang mendalam terhadap segala karunia dan cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Emha Ainun Nadjib mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya mensyukuri setiap nikmat dan ujian yang diberikan oleh Tuhan, serta membalas cinta dan kasih sayang-Nya dengan rasa bahagia dan tekad yang kuat.

Kesadaran Spiritual: Di penutup puisi, Emha Ainun Nadjib menyatakan bahwa ia bersujud kepada Tuhan bersama langit dan bumi, siang dan malam, matahari dan angin. Ini menciptakan gambaran tentang kesadaran spiritual yang mendalam dan keterhubungan yang kuat dengan Sang Pencipta, serta pengakuan akan kebesaran-Nya dalam segala hal.

Secara keseluruhan, puisi "Doa Syukur Sawah Ladang" karya Emha Ainun Nadjib adalah sebuah ungkapan syukur yang mendalam terhadap keindahan dan keberlimpahan alam, serta pengakuan akan kebesaran Sang Pencipta. Melalui gambaran alam, perjalanan padi dan pisang, dan doa kepada Tuhan, Emha Ainun Nadjib mengajak pembaca untuk merenungkan makna syukur, keterhubungan spiritual, dan pengakuan akan kebesaran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.

Emha Ainun Nadjib
Puisi: Doa Syukur Sawah Ladang
Karya: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)
© Sepenuhnya. All rights reserved.