Di Depan Arca Saraswati
Dewi, pelataran pura ini
tak cukup buatku menari
Terasa ruang kian menghimpit
penuh ditumbuhi pohonan
yang tak kita kenal
Dewi, gerak mana lagi mesti kumainkan
Langit telah jadi dinding pembatas
bagi keliaran burung-burung
Dan rumputan yang menghamba
di kaki peradaban
makin mengasingkan puja kita.
Garis yang kau gores di atas debu
diterbangkan angin ke awan
Kita sedang bertamu di pelataran sendiri
Tak bebas lagi memetik bunga
atau terlentang di pasir
menciumi hangat matahari.
Dewi, harus kutujukan ke mana sembah ini?
Di sekeliling pura telah tumbuh
pohonan yang tidak kita kenal.
Analisis Puisi:
Puisi "Di Depan Arca Saraswati" menggambarkan perasaan kebingungan dan kehilangan identitas dalam konteks modernisasi dan perubahan budaya. Puisi ini ditulis oleh Putu Fajar Arcana, seorang penyair yang mencerminkan dilema dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di tengah-tengah perubahan sosial dan budaya di Bali, Indonesia.
Ketidakcocokan dengan Tradisi: Puisi ini dibuka dengan penggambaran bahwa pelataran pura tidak lagi cukup untuk penari, menunjukkan perasaan kebingungan dan kehilangan identitas dalam hubungan dengan tradisi dan budaya Bali. Penyair merasa bahwa ruang tersebut tidak lagi cocok atau memadai untuk mengekspresikan tarian tradisional karena terasa terbatas oleh lingkungan yang kian terbatas.
Batasan-Batasan Modernitas: Penyair mengekspresikan perasaan terkekang oleh batasan-batasan modernitas yang menghimpit ruang gerak dan ekspresi. Langit yang telah menjadi "dinding pembatas" dan pohon-pohon yang tidak dikenal menambah rasa terasing dan terpisah dari alam serta tradisi yang dahulu begitu dekat.
Identitas yang Terancam: Pohonan yang tidak dikenal dan rumputan yang tunduk di bawah kaki peradaban menandakan ancaman terhadap identitas dan budaya lokal. Penyair merasa semakin terasing dan terpisah dari akar budayanya sendiri, karena semakin banyaknya elemen-elemen asing yang menyusup ke dalam kehidupan sehari-hari.
Keraguan dan Pertanyaan: Puisi ini menggambarkan keraguan dan kebingungan tentang arah dan tujuan sembah sang penyair. Pertanyaan-pertanyaan tentang kemana arah sembah harus diarahkan dan bagaimana menyelamatkan identitas dan tradisi Bali dari kemunduran dan kepunahan menjadi tema sentral dalam puisi ini.
Puisi "Di Depan Arca Saraswati" karya Putu Fajar Arcana merupakan sebuah karya yang menggambarkan konflik internal dalam menghadapi perubahan budaya dan sosial di Bali. Melalui bahasa yang metaforis dan simbolis, penyair mengungkapkan perasaan kehilangan, kebingungan, dan kekhawatiran terhadap hilangnya identitas dan tradisi lokal di tengah arus modernisasi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya menjaga dan memperkuat akar budaya dan identitas lokal dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman.
Karya: Putu Fajar Arcana
Biodata Putu Fajar Arcana:
- Putu Fajar Arcana lahir pada tanggal 10 Juli 1965 di Negara, Bali Barat.