Puisi: Cidra (Karya Redi Wisono)

Puisi "Cidra" karya Redi Wisono menggambarkan peristiwa sejarah yang penting dalam hubungan antara Indonesia dan Jepang, khususnya selama masa ...
Cidra

Cidra,
Bangsa Jepang Cidra maring janji suci samurai kang wus kaikrarake.
Bangsa jepang jingkrak-jingrak klawan ngguyu gumagak.
Numpes pasukan shudanco Muradi kanti julig lan licik ing perenging gunung
Kelud.

Luh tumetes maring bantalaning bumi pertiwi.
Ksatria-ksatria nagari dadi bebanten kanthi gagah lan wani.

Bangsa Jepang sorak gumuyu ngakak,
Koyo suarane gagak-gagak kemrowak
ngobrak-abrik tanah bumi pertiwi kanthi banget nggegirisi.

Hei bangsa Jepang,
pada gumuyuwa kanthi sorak
Nanging eling den elinga,
Gusti kang maha agung iku ora sare.
Gusti kang maha agung tansah anjangkungi umate kang gentur manekung
sesembahane.

Hei bangsa Jepang,
Sliramu kabeh bakal ngunduh wohing pakarti.
Kanthi kuwasaning gusti kang maha suci negari jepang hancur lebur dening bom
atom Hiroshima Nagasaki.

Analisis Puisi:

Puisi "Cidra" karya Redi Wisono menggambarkan peristiwa sejarah yang penting dalam hubungan antara Indonesia dan Jepang, khususnya dalam konteks Perang Dunia II. Melalui bahasa yang kuat dan puitis, puisi ini menciptakan gambaran tentang perasaan dan pengalaman yang terkait dengan invasi Jepang di Indonesia serta tragedi yang terjadi selama masa pendudukan tersebut.

Kritik terhadap Imperialisme Jepang: Puisi ini menyampaikan kritik terhadap imperialisme Jepang dan cara mereka memperlakukan penduduk Indonesia selama pendudukan. Bahasa yang digunakan menggambarkan Jepang sebagai penjajah yang kejam dan licik, yang menggunakan kekuatan militer untuk menindas dan mengeksploitasi bangsa Indonesia.

Perasaan Kebanggaan dan Kebencian: Puisi ini menciptakan perasaan kebanggaan terhadap keteguhan dan keberanian rakyat Indonesia dalam menghadapi penjajahan Jepang. Bahasa yang kuat dan puitis digunakan untuk mengekspresikan rasa marah dan kebencian terhadap penindasan yang dialami, serta tekad untuk melawan penjajah dan mempertahankan martabat bangsa.

Kritik terhadap Kemunduran Moral: Puisi ini juga mengkritik kemunduran moral yang terjadi selama pendudukan Jepang di Indonesia. Bahasa yang digunakan menggambarkan suasana kekacauan dan kehancuran moral yang diakibatkan oleh tindakan kekerasan dan penindasan oleh pasukan Jepang, serta perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia.

Peringatan akan Tragedi Bom Atom: Puisi ini juga mengingatkan pembaca akan tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, yang menimbulkan kehancuran besar dan penderitaan yang tak terbayangkan bagi rakyat Jepang. Ini menciptakan kesan tentang dampak mengerikan dari perang dan kekerasan, serta perlunya menghindari pengulangan tragedi tersebut di masa depan.

Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian: Puisi ini diakhiri dengan panggilan untuk keadilan dan perdamaian, serta harapan akan masa depan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia dan Jepang. Meskipun mengingatkan akan tragedi masa lalu, puisi ini juga menegaskan pentingnya belajar dari sejarah dan bekerja bersama untuk mencegah pengulangan kesalahan yang sama.

Puisi "Cidra" karya Redi Wisono adalah sebuah karya yang menggambarkan peristiwa sejarah yang penting dalam hubungan antara Indonesia dan Jepang, khususnya selama masa pendudukan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II. Melalui bahasa yang kuat dan puitis, puisi ini menggambarkan perasaan dan pengalaman yang terkait dengan invasi Jepang, serta menyampaikan pesan tentang kebanggaan, kebencian, dan harapan akan perdamaian di masa depan.

Puisi
Puisi: Cidra
Karya: Redi Wisono
© Sepenuhnya. All rights reserved.