Ceramah Tanah
Duduk dan mendengar
Tanah berujar
Karena kau bukan pemilik
sang fajar
Merunduklah
Agar jelas terlihat olehmu
Bayangan siapa menyebrang siang
Menjumput harap terbata
Pemilik mimpi
Berbaringlah di tanah basah
Tubuhmu lelah
Tapi dengar suara bawah tanah
Semua cinta tak dapat diharap
Bahagiamu di titik hatimu
Di bilik jantung yang paling senyap
Mengendap...
Seperti sajak
Tak pernah memberi kepastian
Kadang hanya bertanya
Kadang hanya menghela
nafas tersisa
Kau akan terus memijak
Sepetak tanah yang tak pernah
kau minta
Tapi belajar dari tanah
Kau akan jadi bijak
Atau tamak!
Analisis Puisi:
Puisi "Ceramah Tanah" karya Dewa Putu Sahadewa adalah sebuah refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, khususnya dengan tanah.
Hubungan Manusia dengan Alam: Puisi ini menggambarkan hubungan antara manusia dan alam, khususnya dengan tanah, sebagai sesuatu yang sangat penting dan sakral. Tanah dianggap sebagai sesuatu yang hidup dan memiliki suara serta pesan yang ingin disampaikan kepada manusia.
Kehadiran Manusia: Penyair menegaskan bahwa manusia bukanlah pemilik sejati tanah atau alam. Dengan menyerukan untuk merunduk, puisi ini menyoroti pentingnya sikap rendah hati dan penghormatan terhadap alam. Manusia diingatkan untuk menghargai keberadaan tanah dan menghormati kekuatan alam.
Keberadaan Tanah: Tanah digambarkan sebagai sesuatu yang memiliki suara dan pesan yang ingin disampaikan kepada manusia. Suara bawah tanah yang diinginkan agar didengar mengisyaratkan bahwa tanah memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan yang dalam yang dapat memberikan pelajaran berharga kepada manusia.
Ketidakpastian Hidup: Puisi ini juga menyoroti ketidakpastian hidup dan kehidupan yang penuh tanda tanya. Seperti sajak, kehidupan tidak pernah memberikan kepastian atau jawaban yang pasti. Manusia sering kali hanya bertanya-tanya dan menghela nafas dalam situasi yang sulit.
Pembelajaran dari Alam: Meskipun kehidupan manusia dianggap sebagai perjalanan yang sulit dan tanpa kepastian, puisi ini menekankan pentingnya belajar dari alam dan tanah. Tanah dianggap sebagai guru yang bijak yang dapat mengajarkan manusia untuk menjadi bijaksana dan menghargai keberadaan alam.
Puisi "Ceramah Tanah" adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, khususnya dengan tanah. Melalui simbolisme dan bahasa yang indah, penyair menggambarkan pentingnya penghormatan, penghargaan, dan pembelajaran dari alam demi keberlangsungan hidup manusia di planet ini.
Karya: Dewa Putu Sahadewa
Biodata Dewa Putu Sahadewa:
- Dewa Putu Sahadewa lahir pada tanggal 23 Februari 1969 di Denpasar.