Bumi Menjerit
Bumi menangis
Bumi menggeleger
Bumi menjerit
Bumi teriak
Marak
Adakah kau dengar
Iasakan tangis memilukan
Dari rakyat
Adakah kau dengar
Jeritan hati
Adakah kau dengar
Ratapan merana
Dari orang-orang tak beruang
Miskin
Kurus
Sekarat
Bermandikan peluh dan air mata
Terlalu kejamnya kalian
Bawa aku menuju
Sebuah kehancuran yang menyiksa
Keserakahan yang membawa malapetaka
Sudahkah dirimu lupa
Pada apa yang telah aku beri
Jangan tunggu
Aku membawakan kau amarah bencana
Yang lebih dahsyat
Ataukah kalian memang ingin
Menantinya.
Juli, 98
Analisis Puisi:
Puisi "Bumi Menjerit" karya Ano Karsana merupakan sebuah karya yang menggambarkan kesedihan dan keputusasaan Bumi atas perlakuan manusia yang merusaknya.
Personifikasi Bumi: Penyair memberikan atribut manusia pada Bumi, menggambarkannya seperti makhluk hidup yang mampu merasakan dan berekspresi. Dengan cara ini, Bumi dianggap memiliki kemampuan untuk menangis, menggeleger, dan bahkan menjerit, memberikan dimensi emosional yang kuat pada puisi ini.
Ekspresi Kesedihan dan Kehancuran: Melalui kata-kata seperti "menangis", "menggeleger", dan "menjerit", puisi ini menyampaikan ekspresi kesedihan dan keputusasaan Bumi atas perlakuan manusia yang merusaknya. Bumi digambarkan sebagai makhluk yang menderita akibat kelalaian dan keserakahan manusia.
Jeritan Rakyat dan Bumi: Penyair juga menyampaikan suara jeritan dan tangisan rakyat yang menderita akibat kerusakan lingkungan. Mereka yang tak berdaya, miskin, dan kurus menjadi korban dari kebijakan yang tidak berpihak pada lingkungan dan manusia. Hal ini menyoroti dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan.
Kritik terhadap Keserakahan Manusia: Puisi ini juga berfungsi sebagai kritik terhadap keserakahan manusia yang tidak memperhatikan konsekuensi dari tindakan mereka terhadap lingkungan. Penyair menegaskan bahwa perlakuan manusia yang merusak Bumi akan berujung pada bencana yang lebih besar, namun manusia seringkali mengabaikan atau bahkan menantikan bencana tersebut.
Peringatan akan Konsekuensi Tindakan: Penyair memberikan peringatan akan konsekuensi tindakan manusia terhadap Bumi. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan memilukan, puisi ini mencoba menggugah kesadaran pembaca tentang pentingnya menjaga lingkungan dan bertanggung jawab terhadap Bumi.
Pesan Moral dan Kemanusiaan: Melalui puisi ini, Ano Karsana menyampaikan pesan moral tentang perlunya menjaga lingkungan dan memperlakukan Bumi dengan hormat. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk mengambil tindakan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan rakyat yang terdampak.
Puisi "Bumi Menjerit" karya Ano Karsana adalah sebuah karya yang menyentuh dan menggugah kesadaran pembaca tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memperhatikan keselamatan manusia serta Bumi. Melalui personifikasi Bumi dan ekspresi emosional yang kuat, puisi ini berhasil menyampaikan pesan moral tentang perlunya bertindak secara bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat.
Karya: Ano Karsana