(Bukan) Sekedar Gonggongan Anjing
"kami adalah suara rakyat, bukan sekadar gonggongan anjing."
di kala hujan malam
pekat hitam menyelubungi negeri
suara rakyat berbunyi
di dalam hati mereka
terkandung kepedulian dan kesadaran.
suara itu mendorong perubahan
membangun harapan baru
isyaratkan keinginan untuk berkembang
membawa kekuatan
demi kemakmuran yang lebih luas
demi keadilan dan kesejahteraan.
tetapi tuan mereka tuli
tak ubahnya menganggap sebatas hewan peliharaan
yang ditelantarkan namun harus patuh
tunduk perintah; jangan berisik!
pun gonggongan dibungkam paksa
dengan licik dan picik
bahasa makar tercipta
demokrasi tak kenal oposisi.
dalam kekhawatiran
suara itu seketika sunyi
tiada lagi berkutik
sebab di depan mata mereka
nampak kerangkeng berjeruji besi
seperti hantu menakuti.
Bondowoso, 26 April 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Bukan Sekedar Gonggongan Anjing" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjuangan dan keberanian rakyat dalam menyuarakan hak-hak mereka di tengah kondisi pemerintahan yang otoriter dan represif. Puisi ini ditulis oleh Zainol Akbar, seorang penyair yang dikenal dengan karyanya yang kritis terhadap ketidakadilan dan penindasan.
Suara Rakyat sebagai Suara Kebenaran: Puisi ini dimulai dengan pernyataan kuat: "kami adalah suara rakyat, bukan sekadar gonggongan anjing." Frasa ini menegaskan bahwa suara rakyat memiliki makna yang mendalam dan penting dalam perjuangan untuk keadilan dan kesejahteraan. Penyair menolak untuk dianggap sebagai sekadar "gonggongan anjing", yang merujuk pada cara penguasa otoriter meremehkan dan menindas suara-suara yang berani menyuarakan kebenaran.
Perjuangan dan Kebangkitan: Puisi menggambarkan suasana malam yang gelap, namun di dalam hati rakyat, terdapat kepedulian dan kesadaran yang kuat. Suara rakyat menjadi dorongan untuk perubahan, harapan baru, dan keinginan untuk kemajuan serta keadilan yang lebih luas. Meskipun dihadapkan pada tekanan dan penindasan, suara rakyat tetap gigih dalam perjuangannya.
Represi dan Penindasan: Namun, penguasa yang otoriter tidak menghargai suara rakyat. Mereka menempatkan rakyat seperti hewan peliharaan yang harus tunduk dan patuh terhadap perintah mereka. Segala upaya untuk menyuarakan hak-hak dan kebenaran dibungkam dengan kekerasan dan liciknya kekuasaan. Demokrasi dianggap sebagai alat untuk menindas oposisi dan mempertahankan kekuasaan, bukan sebagai wadah untuk berdialog dan mencapai kesepakatan bersama.
Ketakutan dan Penindasan: Puisi menyimpulkan dengan menggambarkan ketakutan dan keheningan yang menghantui suara rakyat. Meskipun suara mereka mungkin terdengar sunyi di tengah tekanan dan penindasan, keinginan untuk perubahan dan kebenaran tetap berkobar di dalam hati mereka. Namun, mereka juga dihadapkan pada kenyataan bahwa pemerintahan yang otoriter telah membangun kerangkeng berjeruji besi yang menakutkan, yang membatasi kebebasan dan kemerdekaan mereka.
Puisi "Bukan Sekedar Gonggongan Anjing" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kondisi politik dan sosial yang keras di mana suara-suara rakyat dihadapkan pada represi dan penindasan oleh penguasa otoriter. Melalui bahasa yang kuat dan imajinatif, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya perjuangan dan keberanian dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan, meskipun dihadapkan pada tekanan dan ketakutan.
Karya: Zainol Akbar
Biodata Zainol Akbar:
- Zainol Akbar lahir pada tanggal 27 Maret 199? di Bondowoso.