Baca Tulis
Senja meradang kerinduan
Goresan pena menyayat kalbu
Tangisanku tak membuat pilu
Hei ... wahai pemimpinku
Pandanglah aku yang kusut ini
Duduk di sekolah 'ku tak bisa
Bagaimana 'ku tak bisa bodoh?
Hidup pun beralas tanah
Tidur pun beratap langit
Ahhh, ...
Bosan 'ku tak dapat membaca
Bingung 'ku tak dapat menulis
Seandainya ada pemimpin menangis
Pasti 'ku dapat baca tulis
Analisis Puisi:
Puisi "Baca Tulis" karya Nur Wachid adalah sebuah karya yang menggambarkan keinginan dan kebutuhan akan pendidikan, serta aspirasi untuk mendapatkan perhatian dan bimbingan dari pemimpin atau orang-orang yang memiliki kekuasaan. Puisi ini mencerminkan realitas kehidupan di mana akses terhadap pendidikan seringkali terbatas, terutama bagi mereka yang kurang beruntung secara sosial dan ekonomi.
Kerinduan akan Pendidikan: Puisi ini menggambarkan kerinduan yang mendalam akan pendidikan melalui gambaran senja yang meradang kerinduan dan goresan pena yang menyayat kalbu. Hal ini mencerminkan kebutuhan batiniah akan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas, yang dihadapi oleh banyak orang yang kurang beruntung.
Ketidakmampuan dan Keputusasaan: Penyair mengekspresikan perasaan ketidakmampuan dan keputusasaan karena tidak memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan. Dia merasa terkekang dan terbelenggu oleh situasi sosial dan ekonomi yang sulit, yang membuatnya tidak mampu untuk belajar dan berkembang seperti yang diinginkan.
Harapan kepada Pemimpin: Dalam puisi ini, penyair menyampaikan harapannya kepada pemimpin atau orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk memperhatikan dan membantu mereka yang kurang beruntung dalam hal pendidikan. Dia berharap ada seseorang yang peduli dan bersedia membantu mereka untuk mendapatkan akses yang lebih baik terhadap pendidikan.
Realitas Kehidupan yang Sulit: Puisi ini juga menggambarkan realitas kehidupan yang sulit bagi banyak orang, di mana tidur dan belajar dilakukan dalam kondisi yang sangat sederhana dan terbatas. Hal ini menyoroti ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan dan kesenjangan sosial yang masih ada di masyarakat.
Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun menyentuh, Nur Wachid berhasil menggambarkan keinginan dan kebutuhan akan pendidikan, serta aspirasi untuk mendapatkan perhatian dan bimbingan dari mereka yang memiliki kekuasaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk mengatasi ketidaksetaraan dan kesenjangan sosial dalam masyarakat.
Karya: Nur Wachid