Puisi: Ada Jalan Setapak (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Ada Jalan Setapak" mengajak pembaca untuk merenungkan arti pentingnya kenangan dalam membentuk identitas dan menghubungkan diri dengan alam.
Ada Jalan Setapak

ada jalan setapak
muncul dalam ingatan
masa kanak yang lasak
bermain di pesawahan

di antara rimbun ilalang
kulalui lebuh sunyi
menuju ke arah sungai
ditingkah desah angin padang

ada jalan setapak
menembus kabut pagi
menuju ke rumah nenek
terasa jauh tak tergapai

tapi ada sedikit cahaya
menerangi jejak-jejak kaki
tapi ada selembar peta
samar tak tertafsir mirip puisi

2023

Analisis Puisi:

Puisi "Ada Jalan Setapak" karya Gunoto Saparie mengeksplorasi tema nostalgia, ingatan masa kecil, dan kebersamaan dengan alam.

Tema Nostalgia dan Ingatan Masa Kecil: Penyair membangkitkan ingatan akan masa kecil yang penuh petualangan dan kebebasan. Jalan setapak menjadi simbol perjalanan menuju masa lalu, di mana kenangan akan permainan di pesawahan dan petualangan di tengah alam liar menjadi pusat cerita.

Hubungan dengan Alam: Pesawahan, sungai, ilalang, dan angin padang adalah elemen alam yang kuat dalam puisi ini. Mereka tidak hanya menjadi latar belakang cerita, tetapi juga menjadi bagian dari pengalaman yang mendalam dan berkesan dalam ingatan penyair.

Perasaan Jauh dan Dekat: Meskipun jalan setapak menuju ke rumah nenek terasa jauh dan tak tergapai, namun ada sedikit cahaya dan selembar peta yang menerangi jejak kaki. Ini mewakili harapan dan keyakinan penyair bahwa meskipun masa lalu terasa jauh, namun jejak-jejaknya masih hidup dan bisa diakses kembali.

Keindahan dan Kehidupan dalam Puisi: Puisi ini menggambarkan keindahan dan kehidupan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam kenangan yang tampak sederhana. Penggunaan bahasa yang deskriptif dan imaji yang kaya membawa pembaca pada perjalanan melalui ingatan penyair.

Puisi "Ada Jalan Setapak" merupakan puisi yang membangkitkan nostalgia dan menggambarkan keindahan alam serta pengalaman masa kecil dengan cermat. Melalui penggunaan gambaran yang kuat dan bahasa yang menggugah imajinasi, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan arti pentingnya kenangan dalam membentuk identitas dan menghubungkan diri dengan alam.

Gunoto Saparie
Puisi: Ada Jalan Setapak
Karya: Gunoto Saparie

Biodata Gunoto Saparie:
Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Negeri Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, kolom, dan artikel tentang kesenian, ekonomi, politik, dan agama, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), Mendung, Kabut, dan Lain-Lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019), dan Lirik (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2020).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).

Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.

Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia pernah menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta). Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).

Saat ini Gunoto Saparie menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia ‘Satupena’ Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.