Rel layang terletak Jalan di simpang tujuh Joglo, Kecamatan Banjarsari, Solo. Setiap hari aku selalu melintasi rel simpang tujuh Joglo. Suara sirine perlintasan kereta api berbunyi dan palang menghadang jalan semua kendaraan yang melintas di simpang Joglo, Kadipiro, Solo. Seluruh kendaraan terhenti menunggu kereta melintas, penuh sesak dengan berbagai macam kendaraan sehingga membuat kemacetan jalan.
Simpang Joglo selalu macet dan rawan terjadinya kecelakaan. Untuk itu, kini Pemerintah Kota Surakarta membangun rel ganda yang dibangun secara layang. Diketahui, pembangunan rel ganda secara layang di simpang Joglo merupakan langkah untuk mengurai kemacetan di titik tersebut. Dikarenakan arus lalu lintas darat di titik tersebut cukup tinggi, ditambah dengan intensitas kereta api yang cukup sering. Meskipun simpang Joglo dibangun, namun rel kereta api yang lama masih tetap beroperasi hingga jembatan layang terpasang.
Pengerjaan proyek tersebut dimulai pada awal tahun 2023. Kini sudah memperlihatkan beberapa bentuknya. Sudah terlihat tiang panjang dan dinding beton jembatan tampak berdiri kokoh di sepanjang Jalan Kolonel Sugiyono. Namun, ada yang lebih menonjol dari bangunan tersebut yaitu tiang baja berwarna merah yang sudah terbentang seperti jembatan. Setiap aku melintasi simpang tujuh Joglo pasti terpesona dengan tiang baja berwarna merah tersebut.
Selama pembangunan ada dampaknya. Terutama pada pengendara yang melintasi jalan tersebut. Karena perlu penutupan jalan lalu lintas kendaraan dalam proses pengerjaannya. Membuat pengendara harus melewati jalan lain. Kendaraan kecil melewati jalan tikus. Sementara kendaraan berat golongan 3,4 dan 5 dialihkan melalui jalan tol.
sumber: rri.co.id |
Saat aku menuju kampus, aku harus melewati jalan tikus. Banyak pengendara yang melewati jalan tersebut. Sehingga membuat jangkauan lebih jauh, boros bensin, dan boros waktu. Karena jalan ditutup, aku harus berangkat lebih awal dari rumah. Dikarenakan aku harus melewati jalan tikus dan jalannya macet, yang biasanya 45 menit sebelum kelas dimulai jadi harus berangkat 1 jam sebelum kelas dimulai. Banyak pengendara yang melewati jalan tersebut. Tentu membuatku lelah ketika berangkat maupun pulang dari kampus. Belum juga hujan yang membuat kondisi jalan semakin kacau karena macet dan banjir di beberapa titik.
Selain itu, kondisi tersebut juga berdampak kepada ayahku. Ayahku seorang sopir kendaraan umum. Dikarenakan jalan simpang tujuh Joglo ditutup, ayahku jadi kesusahan untuk bekerja. Kondisi tersebut membuat ayahku beberapa minggu tidak bekerja. Karena menurut nya membuat rugi dan lelah jika harus melewati jalan yang muter-muter. Dari hal ini terlihat bahwa banyak pengguna jalan yang terdampak dari penutupan jalan simpang tujuh Joglo.
Namun di sisi lain, pembangunan rel layang simpang tujuh Joglo juga membawa dampak positif. Dalam kondisi tersebut, warga sekitar memanfaatkannya. Mereka memanfaatkan kondisi itu sebagai pekerjaan barunya. Aku melihat mereka mengatur lalu lintas di persimpangan jalan untuk menanggulangi kemacetan. Dan para pengendara khususnya pengendara roda 4 memberikan upah kepada orang yang mengatur lalu lintas tersebut berupa uang mulai dari Rp 2.000-Rp 5.000. Banyak titik persimpangan jalan yang warga atur, kira-kira terdapat kurang lebih 10 warga yang terlibat. Menurutku, mereka memanfaatkan peluang tersebut untuk penghasilan tambahan mereka.
Pembangunan proyek tersebut diperkirakan selesai pada pertengahan tahun 2024. Selama kurang lebih 1 tahun ini, warga sekitar sudah mendapat keuntungan dengan memanfaatkan peluang dari pembangunan tersebut. Rel layang Simpang Joglo, Solo merupakan rel layang terpanjang di Indonesia, yang diharapkan dapat mengatasi kemacetan di perlintasan sebidang simpang Joglo selama ini. Dan kemungkinan rel layang Joglo ini menjadi salah satu ikon Kota Surakarta.
Biodata Penulis:
Bunga Diah Ayu Setyaningrum lahir pada tanggal 3 Juni 2005 di Sragen. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta.