Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan perilaku beragama yang selalu toleransi, saling menghormati, dan menghargai perbedaan. Moderasi beragama menjadi penting di Indonesia, yang sering disebut dengan negara dengan keragaman agama dan budaya yang tinggi. Ragam bahasa, ragam budaya dan agama pastinya sudah menjadi toleransi di berbagai negara yang sebagaimana berbagai ragam itu menjadi ciri khas antar perbedaan di setiap kepercayaan setempat.
Di dalam film kartun khas Malaysia, yakni film kartun Upin & Ipin dapat kita temui dan pelajari adanya sikap dan cara mereka menghargai perbedaan antar agama dan budaya lain. Pemeran utama film kartun Upin & Ipin dan kawan-kawan tidaklah semuanya beragama Islam, seperti Mei-Mei, Jarjit dan Devi. Mereka ini tidak beragama Islam, akan tetapi ada yang beragama Hindu dan Budha. Namun pertemanan mereka tidak pecah dan tidak saling membedakan satu dengan yang lainnya walaupun memiliki agama yang berbeda. Bahkan para pemeran film Upin & Ipin ini saling menyayangi dan menghargai perbedaan agama satu dengan yang lainnya.
Film kartun Upin & Ipin ini mengajarkan kepada kita untuk paham mengenai pentingnya berbuat baik, bekerja sama, dan saling membantu antar-sesama. Di dalam film ini pula memberikan pesan pendidikan, baik ilmu, moral dan menghargai antara perbedaan agama, nilai-nilai tentang pentingnya kedamaian, persaudaraan, dan toleransi dalam berinteraksi dengan orang lain. Film kartun Upin & Ipin ini bertujuan untuk mengedukasi anak anak agar saling menghargai keagamaan, saling empati dan rasa saling hormat, terutama dalam konteks toleransi.
Penggunaan nilai tawassuth (moderat), sikap toleransi, mengajarkan nilai agama dan nilai sosial, keterwujudan ajaran agama dengan baik tanpa mencampurkan agama meskipun berbeda keyakinan, itu semua merupakan nilai-nilai yang diajarkan pula pada film ini. Seperti yang terdapat dalam episode perayaan seperti Hari Raya, Gong Xi Fa Cai, dan Deepavali.
Di dalam film kartun Upin & Ipin pula memiliki pesan penting mengenai cara menghormati keyakinan agama orang lain dan hidup dalam kerukunan antaragama. Selain itu, film ini juga bisa mengandung pesan-pesan moral seperti jujur, bertanggung jawab, dan tolong-menolong yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan secara umum.
Film ini juga menolak sikap-sikap ekstremisme atau intoleransi agama yang dapat mengganggu kerukunan sosial. Karena di dalam kehidupan, kita harus saling menghormati antar agama dan budaya untuk menciptakan suatu kerukunan. Selain itu, dengan menghormati perbedaan yang dimiliki oleh orang lain membantu menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan damai.
Biodata Penulis:
Farida Restu Safita, lahir tanggal 4 November 2005. Sekarang sedang menjalani pendidikan sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam semester 2, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.