Menganalisis cara berkomunikasi dari seorang Habib Husain Ja’far Al-Hadar, S.Fil.I., M.Ag. atau yang biasa dikenal dengan panggilan Habib Gaul. Habib Ja’far adalah seorang filsuf yang juga menjadi pendakwah milenial. Cara berdakwah yang menarik juga penyampaian materi yang mudah dipahami membuat banyak orang tertarik untuk mengikuti perjalanan dakwah beliau di era digital ini.
Penggunaan gaya bahasa yang terstruktur juga membuat konten yang beliau buat mudah dipahami. Penggunaan jokes di dalam dakwah beliau juga tidak kalah penting sehingga menjadi nilai tersendiri menurut kebanyakan orang termasuk Gen-Z. Karena Gen-Z pada umumnya suka dengan konten beliau yang humoris tetapi berisi.
Kelebihan yang Habib Ja’far amatlah banyak, selain dakwahnya yang mudah dipahami, beliau juga menghafal dan mengetahui makna Al-Quran dan Hadis. Sehingga dalam penyampaiannya, beliau selalu menyelipkan beberapa ayat yang relatif dengan objek kajiannya dan disampaikan dengan sangat mudah.
Penyampaian (Tabligh) yang penuh cinta, serta rasa toleransi yang begitu tinggi membuat konten dakwah beliau tidak hanya diterima oleh kaum muslim saja, tetapi banyak orang-orang non-muslim yang juga tertarik dengan konten dakwah beliau. Seperti dalam Channel Youtube beliau yaitu “Jeda nulis” yang kerap menghadirkan orang-orang non-muslim bahkan setingkat biksu, dan pendeta pun juga dihadirkan oleh beliau, bahkan atheis sekalipun juga dihadirkan dalam kontennya.
Mereka semua berdiskusi dengan model komunikasi transaksional yang merupakan model komunikasi yang sangat efektif untuk digunakan dalam diskusi semacam itu, karena dengan menerapkan model komunikasi transaksional semua bisa menjadi guru dan bisa menjadi murid. Dalam artian semua bisa menyampaikan argumennya, dan semua bisa menerima argumen dari orang lain yang mungkin berbeda pemahamannya.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Coki Pardede, seorang Komika non-muslim yang sering berkolaborasi dengan Habib Ja’far, dalam suatu podcast ketika dia ditanya oleh salah seorang host “Apakah ada pemikiran kamu yang berubah setelah kamu mengenal Habib Ja'far?” Coki sontak langsung merespon dengan mengatakan “Ada, saya harus membantu Habib Ja'far untuk mendapatkan platform dakwah yang sangat luas. Karena kalau semua orang islam seperti dia saya bisa ber-agnostik dengan tenang. Dan itu harusnya representasi islam di Indonesia, damai, tidak marah-marah dengan hal yang berbeda, dan bisa menerima perbedaan dengan kapasitasnya tanpa kompromi. Akhirnya saya bisa melihat wajah baru yang selama ini tidak saya lihat”.
Hal itu membuktikan bahwa toleransi yang dimiliki oleh Habib Ja’far sangat amatlah tinggi, tidak semua pendakwah memiliki hal seperti ini. Apalagi yang sering kita temukan adalah pendakwah yang konten-kontennya berisi radikalisme, yang malah memicu perpecahan umat muslim. Beda halnya dengan Habib Ja’far, yang malah membuat orang yang dikatakan sebagai non-muslim pun merasa aman dan nyaman saat duduk dan mendengar dakwah yang disampaikan oleh beliau.
Biodata Penulis:
Rifky Nosah Pratama saat ini aktif menjadi mahasiswa di Universitas Islam Negeri KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan.