Dulu ketika kecil, pasti pernah merasa ingin cepat besar agar bisa membeli dan makan apapun sendiri tanpa harus membagi-bagikannya kepada saudara. Namun, apakah anda yakin bahwa makan sendirian jauh lebih enak daripada membagi-bagikannya kepada saudara?
Sepulang kuliah minggu lalu, saya memutuskan untuk pergi ke tempat makan favorit saya dan keluarga. Kali ini, saya memutuskan untuk makan sendiri agar bisa menikmati waktu untuk diri sendiri. Tentu saja, dengan perut yang sudah keroncongan, saya bergegas memesan satu porsi nasi goreng cumi favorit saya. Ketika hidangan itu disajikan, saya langsung menikmati nasi goreng cumi itu dengan nikmat.
Tidak lama kemudian, ada seorang ibu dan kedua anaknya yang masih kecil duduk di sebelah saya. Mereka hanya memesan satu porsi nasi goreng jumbo dan meminta tambahan sendok kepada penjual. Sembari menyendok nasi goreng yang telah dihidangkan, mereka saling bertukar cerita lalu tertawa kecil. Pada saat itu saya menyadari telah melewati masa-masa berbagi makanan dengan kakak saya saat kecil dan teringat bahwa saya sudah dewasa dan sekarang bisa menghabiskan satu porsi sendirian. Saya pun merasa nostalgia melihat ibu dan kedua anaknya tadi.
Dulu, saya sangat kesal sekali jika harus berbagi makanan yang dibeli orang tua dengan saudara. Selain itu, makanan kesukaan kita, dan jatah jajan juga harus dibagi dua. Sebenarnya, orang tua membeli satu porsi besar untuk dibagi-bagi agar tidak ada makanan yang terbuang jika tidak habis.
Namun, namanya anak-anak, ketika melihat makanan manis, ingin menghabiskannya sendirian. Dulu, saya pasti diberi jatah gantian oleh orang tua. Jika kakak saya mendapatkan paha ayam siang ini, maka malam harinya giliran saya yang mendapatkan jatah paha ayam, sedangkan kakak saya mendapatkan dada atau sayap ayam.
Setiap kali orang tua membawa kue atau roti, mereka harus memikirkan pembagiannya agar tidak terjadi pertengkaran antara saya dan kakak saya. Sambil berharap, ketika dewasa nanti, kita bisa membeli satu porsi makanan favorit kita agar bisa makan sepuasnya tanpa harus berbagi.
Namun, ketika sudah dewasa dan bisa makan satu porsi makanan kesukaan kita sendirian, malah terasa nostalgia dengan masa lalu. Ternyata, hal-hal yang dulu membuat kesal malah membuat rindu sekali ketika sudah dewasa. Sekarang memang bisa lebih puas makan jajan kesukaan kita sendiri, tapi kita benar-benar makan sendirian.
Menurut saya, yang seharusnya disoroti adalah suasana makan bersama, bukan rebutan saat pembagian makanan. Kalau versi sudah dewasa, kakak atau adik pasti sudah mencar sana-sini untuk mengejar mimpinya masing-masing. Jadi, tidak ada lagi yang namanya rebutan makanan. Apalagi hanya kita yang tidak merantau, maka kesepian di rumah akan semakin terasa. Apapun makanan yang dibawa orang tua pasti hanya untuk kita, tidak akan ada lagi pembagian yang rumit seperti dulu. Tapi, ya itulah bedanya makan sendiri dan makan bersama-sama.
Menurut saya, makan bersama-sama lebih menyenangkan. Walaupun harus dibagi-bagi, tapi rasa kebersamaannya sangat hangat. Biasanya, setelah rebutan makanan, dan ngambek-ngambekan, saya dan kakak saya langsung memaafkan tanpa disadari dan lanjut ngobrol sambil makan. Anehnya, makanan yang dibagi orang tua, serata apapun itu, selalu membuat perut terasa kenyang.
Terkadang, saya juga teringat momen-momen sarapan pagi yang disiapkan oleh ibu saya sebelum berangkat sekolah, hanya 1 porsi dibagi 2 orang, disuapi secara bergantian. Ibu saya harus bolak-balik memberi makan saya dan kakak saya, harus benar-benar bergantian agar makanannya tetap terbagi dengan adil. Bedanya, kalo sekarang saya kuliah jauh dari rumah. Jadi, pasti tidak sempat sarapan jika berangkat pagi, dan pada akhirnya sarapan di kantin setelah kelas bersama teman-teman kuliah.
Dulu saya selalu membayangkan, jika sudah besar pasti bisa pergi sendiri sambil membeli makanan di luar tanpa harus meminta izin kepada orang tua mau membeli makanan apa, membuat batuk atau tidak. Tetapi sekarang, setiap makan sendiri malah menjadi sedih karena teringat pernah makan di sini bersama keluarga sambil tertawa.
Yah, tapi itulah hidup, kita tidak bisa menjadi anak kecil selamanya. Tetapi, justru lebih banyak bersyukur karena memiliki kenangan seindah itu dan belajar untuk selalu menghargai momen sekecil apapun itu. Meskipun terkadang kita merasa itu adalah rutinitas yang akan terus dilakukan, tetapi kenyataannya kita tidak pernah tahu kapan terakhir kali kita melakukan hal itu.
Jadi, pada intinya makanan yang dimakan sendiri tidak lebih enak daripada makanan yang dimakan bersama dengan keluarga meskipun harus dibagi-bagi. Karena semuanya bukan hanya tentang makanannya tetapi juga tentang kebersamaannya.
Setelah mengenang masa lalu yang panjang, saya menyadari bahwa tadi saya menyantap suapan terakhir dari nasi goreng ini. Saya bergegas membayar dan membungkus satu porsi lagi untuk dibawa pulang ke rumah untuk dibagi dengan keluarga.
Biodata Penulis:
Aurelia Ivana Naomi lahir pada tanggal 24 Oktober 2004 di Jakarta. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa, program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.