Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Lebaran di Rumah Nenek

Hari libur tiba, semua keluarga, termasuk kakak saya yang masih kuliah dan adik saya yang sedang menempuh pendidikan SMP berkumpul. Saya merasakan ...

Bagi saya libur lebaran kali ini sebagai mahasiswa baru sangat tidak puas karena diberikan 10 hari libur. Libur SMA dengan libur kuliah sangat jauh berbeda; libur lebaran ketika SMA sangat lama sampai 1 bulan. Waktu libur yang diberikan oleh kampus, meskipun sangat sedikit, saya sebagai mahasiswa baru sangat menggunakan kesempatan liburan ini dengan berkumpul dengan keluarga. Sebagai anak perantau dari Jogja ke Solo, meskipun dekat akan tetapi dapat merasakan sebagai seorang perantau.

Hari libur tiba, semua keluarga, termasuk kakak saya yang masih kuliah dan adik saya yang sedang menempuh pendidikan SMP berkumpul. Saya merasakan kebahagiaan bisa berkumpul dengan keluarga lengkap dan dapat berbincang bersama.

“Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan bati,” pertanda hari raya Idulfitri telah tiba, semua orang saling bermaaf-maafan. Pagi hari yang cerah menyambut hari raya lebaran, kemudian mempersiapkan baju terbaik untuk melaksanakan Salat Id. Saya Salat Id di tempat yang diadakan oleh takmir masjid yang dekat dengan rumah. Tradisi yang ada di desa saya, setelah Salat Id langsung syawalan berjabat tangan dan saling bermaaf-maafan.

Puasa 30 hari sangat lama, dari pagi hingga sore menahan haus dan lapar, membuat saya ingin melampiaskan dengan makan opor yang banyak masakan ibu. Ibu selalu memasak opor setiap hari raya Idulfitri, membuat saya senang karena mengingatkan masa kecil bersama teman-teman memakan masakan opor buatan ibu bersama-sama.

Hari pertama setelah lebaran, saya dan keluarga akan menjalankan salah satu tradisi lebaran yaitu mudik. Waktu yang tepat untuk berangkat mudik karena orang-orang masih di rumah merayakan lebaran bersama. Tujuan saya dan keluarga kali ini ke rumah nenek di Jawa Tengah, khususnya Tegal.

Lebaran di Rumah Nenek

Saya sekeluarga beranggotakan lima orang dan kendaraan yang akan digunakan yaitu mobil sedan. Kakak saya memutuskan untuk tidak berangkat bersama-sama menggunakan mobil akan tetapi kakak saya berangkat menggunakan angkutan umum yaitu bis.

Saya menjadi supir karena mengingat orang tua saya sudah cukup tua. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka saya menjadi supir. Pukul 06.30 WIB rombongan mobil melaju ke arah barat melewati jalur lintas Selatan. Tidak ada kepadatan pada ruas jalan yang mengakibatkan kemacetan, hanya saja volume kendaraan naik, tetapi tidak berdampak kemacetan.

Jalur lintas Selatan salah satu jalur yang rekomendasi untuk pemudik yang ke arah Barat menuju Purwokerta dan sebaliknya ke arah Timur menuju Yogyakarta. Pengemudi yang memiliki jiwa pembalap sangat tidak disarankan untuk melewati jalur lintas Selatan karena jalan yang penuh dengan ranjau dengan jalan yang berlubang dan bergelombang.

Beruntung jalur lintas Selatan tidak mendapatkan kemacetan, saya keluar dari jalur lintas Selatan tidak dengan waktu yang lama sehingga mempersingkat waktu. Keterbatasan kendaraan membuatnya harus menggunakan jalur yang memutar karena jalur yang cepat terlalu ekstrim jika dilalui dengan kendaraan itu. Daerah pegunungan jalan-jalan dipenuhi dengan orang yang menunggu imbalan di pinggir jalan atau bisa disebut dengan mengemis. Selain membahayakan kendaraan yang melintas, itu menunjukan bahwa itu SDM yang disebut mental ngemis.

Pemandangan yang indah ketika dalam perjalanan membuat saya selalu semangat untuk mudik ke rumah nenek di Tegal. Tidak butuh waktu yang lama untuk sampai ke rumah nenek meskipun waktu yang ditempuh sedikit lama masih bisa dimaklumkan karena masih musim lebaran dan orang-orang pulang ke kampung halaman.

Saya dan keluarga besar dari nenek saling berkumpul dan berbincang-bincang. Kawasan rumah nenek yang sangat sejuk, rumah yang berada di daerah pegunungan membuat saya betah berada di sini. Hal yang wajib ketika sampai di rumah nenek yaitu membeli sate kambing langanan. Daerah rumah nenek sangat banyak penjual sate kambing hampir di sepanjang jalan. Waktu libur yang diberikan sangat singkat, pertemuan bersama nenek menjadi singkat.

Waktu tiba untuk berpisah bersama nenek untuk kembali ke rumah masing-masing. Terlihat mata nenek yang berkaca-kaca menahan sedih, anak dan cucu perlahan meninggalkannya.

Beruntungnya saat akan pulang kami melawan arus mudik sehingga jalur yang kami lewati tidak terdampak kemacetan. Lima hingga enam jam yang kita tempuh masih standar jika perjalanan ketika musim arus mudik.

Jalur yang sama kita lalui ketika berangkat membuat waktu terasa singkat dan infrastruktur yang mulai berkembang. Sangat bahagia sekali ketika diresmikan jalur lintas Selatan yang membuat pengendara dapat mempersingkat waktu perjalanan. Tahu aci yang pasti tidak dilupakan karena membawa oleh-oleh dari rumah nenek sudah menjadi sebuah tradisi.

Biodata Penulis:

Fathin Abdullah Basyir lahir pada tanggal 1 6 2004 di Yogyakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.