Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan kalender Hijriah. Lebaran dapat diartikan sebagai hari kemenangan bagi umat muslim. Hadirnya lebaran menjadi tanda berakhirnya puasa Ramadhan. Lebaran adalah sarana pembersihan diri setiap manusia dengan saling bermaaf-maafan. Lebaran menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu karena momen lebaran menjadi sarana kumpul-kumpul bersama keluarga. Banyak orang yang rela pulang ke kampung halaman (mudik) untuk berkumpul bersama dengan sanak saudaranya.
Saat momen lebaran pasti akan banyak acara halah-bihalal dengan keluarga besar maupun dengan teman-teman. Halal bihalal keluarga biasanya berasal dari suatu arisan. Halal bihalal dilakukan dengan keluarga dari pihak ayah maupun ibu. Begitupun saya dipaksa untuk ikut dan bertemu keluarga yang bahkan belum tentu mengenali saya.
Momen lebaran yang saya rasakan di keluarga ayah dengan keluarga ibu terasa berbeda. Apa kalian juga merasakannya?
Perbedaan tersebut bisa dilihat dari tingkah laku saya sendiri. Ketika lebaran berada di keluarga ayah saya merasa sangat canggung, tegang, banyak yang tidak kenal, dan merasa tertekan. Sehingga saya sendiri cenderung malu-malu dan menjaga image (jaim) saat kumpul bersama. Saya hanya tersenyum-senyum saja. Tidak banyak bicara dengan bicara seadanya karena takut salah bicara. Dan menjadi sosok pendiam. Sehingga terasa tidak betah dan ingin segera pulang ke rumah.
Padahal, keluarga ayah saya sama baiknya dengan keluarga ibu saya. Mereka menyayangi saya dengan sepenuh hati, bahkan bisa lebih sayang dari keluarga ibu saya. Mungkin juga karena kami jarang bertemu dan tinggal di daerah yang cukup jauh. Jadi kurang interaksi dengan keluarga ayah.
Sedangkan saat lebaran bersama keluarga ibu, saya cenderung lebih rame, tidak malu, dan lebih betah. Di keluarga pihak ibu terasa lebih heboh sehingga bisa tertawa lepas. Bahkan, sebagian orang mengatakan jika berada di keluarga ibu serasa party dan selalu bersenang-senang. Dengan keluarga ibu saat membicarakan sesuatu lebih sefrekuensi sehingga kadang terlalu banyak bicara sampai tidak mengenal waktu.
Hampir semua keluarga ibu kenal jadi lebih mudah berinteraksi. Sehingga saat kumpul bersama, akan lebih nyaman karena juga sering diajak ibu ke keluarganya. Sedangkan ayah cukup jarang karena beliau juga bekerja. Keluarga ibu juga berada di sekitar saya jadi lebih sering bertemu dibanding dengan keluarga ayah. Dalam keluarga pihak ibu ada seseorang yang selalu ramai dan memecahkan suasana jadi akan lebih leluasa saat lebaran.
Selain itu, perbedaan lebaran di keluarga ayah dengan keluarga ibu terlihat dari pemberian besarnya nominal Tunjangan Hari Raya (THR). Lebaran juga identik dengan pembagian uang THR, siapa sih yang tidak suka diberi THR? Ya, tidak ada yang akan menolak, bukan? Bahkan anak yang sudah besar sebenarnya masih mau THR tapi sungkan saja saat diberi. Karena sebenarnya anak yang sudah besar lebih banyak kebutuhannya.
Nah, mengenai pemberian THR dari keluarga ayah biasanya nominalnya cenderung lebih banyak. Daripada THR dari keluarga ibu. Keluarga ayah memberi lebih banyak mungkin karena jarang ketemu sehingga jarang memberi uang selain lebaran. Maka diberi lebih, kadang keluarga ayah juga lebih banyak yang sukses jadi rezekinya lebih lancar. Untuk keluarga ibu, sebenarnya juga sudah sering memberi uang selain lebaran karena lebih sering bertemu dan berada di sekitar kita. Jadi mungkin saja bila dijumlahkan hasilnya lebih malah banyak. Tapi mengenai banyaknya pemberian nominal THR besar atau sedikit itu tidak menjadi masalah. Diberi ataupun tidak juga tidak apa-apa. Kondisi setiap orang berbeda-beda.
Dari perbedaan-perbedaan tersebut muncul sebuah kalimat “Keluarga ibu lebih asik tapi keluarga ayah berduit.”
Kalau kalian gimana? Lebaran di keluarga ibu atau keluarga ayah?
Sebenarnya baik dari keluarga ayah maupun dari keluarga ibu sama-sama sayangnya kepada kita. Mengenai lebih dekat dan lebih nyaman dengan yang mana semua itu tergantung pada pribadi masing-masing. Faktor jarak rumah dan banyak sedikitnya interaksi juga bisa menjadi sebab lebih dekat ke keluarga mana. Untuk besarnya nominal THR juga bisa dipengaruhi karena kondisi dari keluarga tersebut. Tapi jangan hal tersebut menjadi pembeda dalam kasih sayang. Intinya kita harus berusaha bersikap adil dalam hal apapun untuk seluruh keluarga baik dari keluarga ayah maupun keluarga ibu. Karena darah yang mengalir dari kedua keluarga tersebut di dalam diri kita.
Biodata Penulis:
Chintya Ayu Pramesti lahir di Karanganyar pada 2 Juli 2004.