Lebaran merupakan perayaan yang sangat dinantikan seluruh umat muslim setelah sebulan penuh melakukan puasa. Lebaran akan disambut dengan penuh sukacita oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia. Namun, lebaran bukan hanya perayaan agama, tetapi juga ada banyak tradisi seperti mudik ke kampung halaman, membeli baju lebaran baru, sungkeman, nyekar atau ziarah ke makam leluhur, halal bihalal, hingga makan-makan bersama sanak saudara. Tradisi tersebut merupakan momentum yang berharga yang sangat bernilai karena sebagai bentuk mempererat tali silaturahmi, kehangatan, kebersamaan, kebahagiaan, dan rasa kasih sayang.
Tradisi unik di berbagai daerah di Indonesia juga akan melengkapi berbagai momen lebaran, seperti tradisi berkunjung ke rumah kerabat untuk melakukan halal bihalal sebagai bentuk mempererat tali silaturrahmi.
Halal Bihalal adalah momen yang menandai akhir bulan Ramadan dan merupakan kesempatan untuk membersihkan diri dari kebencian, kekecewaan, dan prasangka yang tidak baik. Pelajaran untuk membersihkan hati, mengakui kesalahan, dan merayakan persatuan dan kemenangan ditemukan dalam tradisi ini. Saatnya untuk memulai kembali dengan hati yang bersih dan penuh kasih sayang, berkumpul untuk saling memaafkan dan mengakui kesalahan masing-masing, tradisi yang memperkuat ikatan sosial dan menciptakan hubungan yang lebih erat antara masyarakat.
Tradisi ini juga merupakan tradisi yang menggembirakan bagi anak-anak karena biasanya mereka juga akan menerima hadiah lebaran dari orang yang lebih tua berupa uang THR, ini merupakan bentuk perayaan kebahagiaan di hari raya Idul Fitri.
Tradisi lainnya yang ada di kampung saya di desa Jeruksawit ialah tradisi kirim doa kepada leluhur yang sudah meninggal yang dilakukan sehari sebelum lebaran atau pada hari terakhir puasa Ramadhan. Tradisi ini biasanya para keluarga akan memasak beberapa makanan untuk digunakansebagai pancen atau hidangan yang akan disajikan di meja khusus untuk menghormati leluhur yang sudah tidak ada.
Kemudiaan ada tradisi kupatan atau “Bakdo Kupat” di Desa Jeruksawit yang dilakukan setelah sepekan lebaran, atau tepatnya 8 syawal, yang merupakan tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun.
Kupatan merupakan simbol ngaku lepat atau mengaku salah dan tradisi wajib yang akan terus dilakukan bagi orang tua yang pernah mengalami keguguran (miskram). Biasanya para orang tua akan memasak ketupat untuk disajikan secara khusus kepada anaknya telah mengalami keguguran dan akan menggantungkan ketupat di jendela dekat pintu masuk untuk menyambut anaknya yang sudah tidak ada dan juga untuk tolak bala menurut kepercayaannya.
Selain untuk pengiriman doa mereka juga membagikan ketupat untuk tetangganya beserta lauk seperti opor untuk lauk pelengkapnya.
Tradisi-tradisi lebaran memiliki banyak nilai filosofis yang diwariskan selama penyebaran Islam di Nusantara. Oleh karena itu, mengingat muslim merupakan mayoritas umat yang ada di nusantara dengan berbagai tradisinya, sangat penting untuk melestarikan kearifan lokal ini untuk generasi berikutnya.
Untuk melestarikan tradisi-tradisi tersebut, kita harus membuatnya dikenal, tidak hanya sebagai perayaan semata-mata, tetapi juga sebagai warisan Islam Nusantara yang syarat dengan makna dan nilai-nilai yang mendalam.
Sebagai generasi muda, lebaran bukanlah tentang perayaan agama umat muslim saja, namun kita juga harus tetap menjaga hubungan baik dengan umat lain tanpa membeda-bedakan. Tradisi-tradisi ini harus tetap dijaga dan dipahami nilai filosofisnya untuk mempererat hubungan dengan sesama umat, agar kita lebih mendapatkan kebahagiaan, kehangatan, dan kebaikan.
Biodata Penulis:
Kaila Nur Febrisa lahir pada tanggal 7 Februari 2005 di Karanganyar.