Sendiri di Teluk Ini
sendiri di teluk ini
perihku lebih luas dari samudera
cuaca yang mengaruskan pedih pada air
mengebat pandanganku jauh ke kaki langit
menjadi tawanan bajak laut
dengan tombak sesal
yang lebih tajam dibanding mata elang
aku berlayar di hatiku dalam ombak
menyusuri topan yang tak dapat kutolak
bersama hiu-hiu yang memamerkan kekaraman
disabung gemuruh yang penuh dendam
bahkan keasinan yang merenggut rasa
tak mau singgah ke pantai lidah
sendiri di teluk ini
aku memburuh bagi kapal-kapal niaga
yang memunggahkan duka cita benua
juragan yang melilitkan gelombang di pinggang
tak tanggung-tanggung mengalun bimbang
seperti buih-buih
mengantarkan oleng menembus lunas
khaidir tetap menggergaji perahu
bagi musa yang tak lagi ragu
sementara aku bocoran lambung
menimba sakit hati membesi
dengan tangan yang hanya bisa tengadah
bersumpah bersama dayung patah
bagi sisa perjalanan yang makin jauh
dengan tanda tanya terus melimpah
dengan kotak kaca tanpa rahasia
bersama raja suran aku turun
ke dasar palung-palung bertarung untung
alur tak menunjuk ujung
pada karang dan ubur-ubur
juga mutiara berlumpur janji
merindukan kilauan setengah hati
aku perpaduan sinbad dan ibnu batuttah
tanpa peta menolak pelabuhan
suaraku menyalakan desau sepanjang risau
kunang-kunang pada setiap bakau
bintang gemintang ketika hari bertelau
mengenang arah yang sudah lama bersemedi
kehilangan tujuan berpaut janji
titanic menyembul di otakku
dengan api yang tak memahami tanda
camar yang menjadi racun
menuba haluan dan buritan
penumpang melupakan riak
yang menyibak geladak
manis kepada garam yang enggan berbasa-basi
Sumber: Tersebab Aku Melayu (Buku Sajak Penggal Kedua, 2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Sendiri di Teluk Ini" karya Taufik Ikram Jamil adalah sebuah karya yang menghadirkan gambaran puitis tentang perjalanan emosional seseorang yang terisolasi di dalam kesendirian dan kepedihan yang mendalam.
Kesendirian dan Kepedihan: Puisi ini menggambarkan kesendirian yang mendalam, yang lebih luas daripada samudera itu sendiri. Penyair merenungkan perasaan perih dan kepedihan yang menghimpitnya, dihadapkan pada cuaca yang menggambarkan kesedihan yang mendalam.
Metafora Laut: Laut digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan keadaan emosional penyair. Ombak, topan, dan gelombang laut melambangkan perjuangan dan ketidakpastian dalam kehidupan.
Keterasingan: Penyair merasa terasing di dalam teluk ini, menjadi tawanan dari pikiran dan perasaannya yang membingungkan. Ia merasa seperti orang yang terbuang oleh lautan emosi yang tak terduga.
Perjalanan Emosional: Puisi ini mencerminkan perjalanan emosional yang rumit. Penyair berlayar di lautan hatinya sendiri, menyusuri topan emosi dan kesedihan yang mendalam, tanpa peta atau arah yang jelas.
Simbolisme Kapal: Kapal dan laut digunakan sebagai simbol perjalanan hidup dan keberanian. Penyair merenungkan tentang kapal-kapal niaga dan juragan yang melambangkan beban emosional dan ketidakpastian dalam hidupnya.
Referensi Budaya: Terdapat referensi budaya seperti Sinbad dan Ibnu Batuttah yang menambah kedalaman puisi ini, mengaitkan pengalaman pribadi penyair dengan cerita-cerita dan legenda dari masa lalu.
Kesimpulan yang Menggugah: Puisi ini diakhiri dengan gambaran tentang kapal Titanic yang menyembul di otak penyair, menciptakan kesan akan kehancuran dan kehilangan yang mungkin dialami dalam perjalanan hidup.
Secara keseluruhan, puisi "Sendiri di Teluk Ini" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjalanan emosional yang mendalam dan kompleks, serta menghadirkan gambaran puitis tentang kesendirian, kepedihan, dan perjuangan dalam kehidupan manusia.
Karya: Taufik Ikram Jamil
Biodata Taufik Ikram Jamil:
- Taufik Ikram Jamil lahir pada tanggal 19 September 1963 di Bengkalis, Riau, Indonesia.