Puisi: Ritus Empat Dua (Karya Nezar Patria)

Puisi "Ritus Empat Dua" karya Nezar Patria menggambarkan ketidakpastian kehidupan dan keterhubungan manusia dengan alam.
Ritus Empat Dua

Namun tak selalu senja tiba,
dan langit jadi muram
Kembang bakau sehitam arang.

Atau angin menjadi labil.

Langit oranye.
Perahu-perahu melaju
Tanpa peta.

Namun tak selalu kertap sisik ikan,
tilas kersik karang
Tercatat di tiang pelabuhan.

Ini ritus empat dua
Kau kembali berbisik, "Turunkan layar, sebelum senja".

Namun tak selalu camar pulang,
setelah matahari terbenam.

2012

Sumber: Di Kedai Teh Ah Mei (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Ritus Empat Dua" karya Nezar Patria adalah representasi yang indah dari perubahan alam dan perasaan manusia yang terhubung dengannya.

Gambaran Alam: Penyair menciptakan gambaran alam yang kuat dalam puisi ini. Dia menggambarkan pemandangan senja yang berubah menjadi muram, langit yang berubah warna, dan perahu-perahu yang melaju tanpa arah yang jelas. Ini menciptakan suasana yang gelap dan tidak pasti.

Simbolisme Kembang Bakau: Kembang bakau yang hitam seperti arang menjadi simbol kegelapan dan ketidakpastian. Ini mungkin mencerminkan masa-masa sulit atau perubahan yang tidak diinginkan dalam kehidupan.

Keterhubungan dengan Alam: Penyair menunjukkan bagaimana manusia terhubung dengan alam dan perubahan yang terjadi di dalamnya. Angin yang labil dan perahu-perahu yang melaju tanpa peta mencerminkan ketidakpastian dalam kehidupan manusia dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan.

Ritus Empat Dua: Ungkapan "ritus empat dua" mungkin merujuk pada perubahan yang terjadi secara teratur dalam kehidupan manusia, seperti siklus alam yang berubah dari siang ke malam, dari musim panas ke musim gugur.

Kehadiran Manusia: Meskipun alam berubah, keberadaan manusia tetap ada dalam puisi ini. Camar yang pulang setelah matahari terbenam menunjukkan harapan dan kedamaian yang bisa datang setelah masa sulit.

Dengan menggunakan gambaran alam yang kuat dan bahasa yang indah, Nezar Patria menggambarkan ketidakpastian kehidupan dan keterhubungan manusia dengan alam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perubahan dalam kehidupan dan bagaimana manusia bereaksi terhadapnya.

Nezar Patria
Puisi: Ritus Empat Dua
Karya: Nezar Patria

Biodata Nezar Patria:
  • Nezar Patria lahir pada tanggal 5 Oktober 1970 di Sigli, Pidie, Aceh.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Di Bentangan GurunYang rebah di bentangan gurunsebutir debu pongahYang tersuruk di selokan keraguantubuh yang menyerahKucari Kaudi ratap kaum hinadi gelak tawa para pendustaApakah …
  • Kutaraja, 1874Di Kuala, ada lagu serdadu kumpeni"Jayalah Willem, sebelum pagi."Pada laras senapan yang riaAyat-ayat sembunyidi arus kali,Lidah naga menari.Dari Kuala, ya dari …
  • Di Video GameAkan tentukan siapa pecundangdari kelebat seribu watak palsu,para penjahat, atau pahlawan baru.Pada konsol ada tombol ragu:pembajak berhati salju,atau superhero bermat…
  • Ritus Empat DuaNamun tak selalu senja tiba,dan langit jadi muramKembang bakau sehitam arang.Atau angin menjadi labil.Langit oranye.Perahu-perahu melajuTanpa peta.Namun tak selalu k…
  • Di Kedai Teh Ah MeiBahkan sumpit ini gagal menjumput hatinyasepiring mi kering memendam jarakdan sepi menancap di kaki-kaki mejaSeceret teh menyeduh apa saja yang pahit:bebunga kri…
  • Di Sebuah PagiIlalang kering di tungku itu mendamba letikan api, ia menunggu,Seperti malam menunggu matahari datang dengan gunting rumput,lalu memangkasnya pelan, sangat pelan, hin…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.