Puisi: Marilah (Karya Taufik Ikram Jamil)

Puisi "Marilah" karya Taufik Ikram Jamil mengajak pembaca untuk merenungkan keberadaan, pertemuan, dan perpisahan dalam kehidupan.
Marilah

assalamualaikum
semoga air mata malam cepat mengering
karena sajak-sajak cahaya pagi ini

waaalaikum salam
semoga mata air siang terus mengalir
karena cerita-cerita terang hari ini

sementara biarlah gelap pergi
membawa sepi ke selat-selat sempit
juga sejuk menukar haru di bukit-bukit
sedangkan kau menari bersama angin
kepada setiap siul
yang mendodoikan nama kita bersatu

maka marilah merapat
duduk di depanku sebentangan sayang
agar dapat kurenungkan wajahmu berlaut
tempat riau tenggelam dalam larut
lalu singapura-johor-pahang
terdampar dalam selatnya melumut

sepuluh menit saja
kurenung wajahmu berhempaskan ombak
ketika memang ada yang mencapai tepian
setelah berkecipak dalam arus sejarah
menggarami cita-cita dengan keriangan pantai

tenunglah wajahku bang katamu
tenunglah wajahku
sebelum surut melepaskan salamnya
di tobir air yang mengalirkan pisah

Sumber: Tersebab Aku Melayu (Buku Sajak Penggal Kedua, 2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Marilah" karya Taufik Ikram Jamil mempersembahkan perenungan yang dalam tentang pertemuan, perpisahan, dan keajaiban alam.

Salam Pembuka: Puisi dimulai dengan salam, menciptakan nuansa kehangatan dan kedamaian. Salam tersebut bukan hanya sebagai ucapan sopan, tetapi juga membawa harapan akan keselamatan dan kedamaian.

Kontras Cahaya dan Gelap: Penyair menggunakan kontras antara cahaya dan gelap untuk menggambarkan perubahan suasana dari malam ke pagi. Air mata malam yang cepat mengering dan mata air siang yang terus mengalir melambangkan perubahan alam dan kehidupan.

Permohonan untuk Bersatu: Di bait-bait berikutnya, penyair mengajak untuk merenung dan bersatu di hadapan keajaiban alam. Gelap pergi membawa sepi, sementara sinar pagi membawa terang. Ajakan ini menciptakan suasana persatuan dan ketenangan di tengah keramaian dan kegelapan dunia.

Perenungan di Hadapan Alam: Puisi ini menawarkan momen perenungan yang intim di hadapan alam. Penyair mengajak untuk merenungkan keberadaan diri dan makna kehidupan, terutama di tengah arus sejarah yang terus berubah.

Keindahan Alam dan Perpisahan: Penyair menciptakan gambaran keindahan alam, dengan pantai yang riang dan lautan yang mengalirkan pisah. Perpisahan menjadi tema yang kuat, namun juga terdapat keindahan dalam prosesnya, seperti air yang mengalirkan pisah di tobirnya.

Secara keseluruhan, puisi "Marilah" adalah puisi yang menawarkan momen introspeksi dan perenungan di hadapan alam. Dengan bahasa yang indah dan penuh makna, Taufik Ikram Jamil mengajak pembaca untuk merenungkan keberadaan, pertemuan, dan perpisahan dalam kehidupan.

Taufik Ikram Jamil
Puisi: Marilah
Karya: Taufik Ikram Jamil

Biodata Taufik Ikram Jamil:
  • Taufik Ikram Jamil lahir pada tanggal 19 September 1963 di Bengkalis, Riau, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.