Puisi: Di Tugu (Karya Taufik Ikram Jamil)

Puisi "Di Tugu" karya Taufik Ikram Jamil menggambarkan sebuah perjumpaan di sebuah tugu yang penuh dengan makna simbolis dan emosi yang kuat.
Di Tugu

engkau menungguku di tugu
dengan jubah kabut menahan rindu
aku sendiri menjadi batu
melipatkan wajahmu dalam guratan waktu

engkau menyeruku dengan suara sejuk
menciptakan lagu dari bukit ke bukit
pada hamparan mega kau buat istana
dengan ruang-ruang dari kelembutan embun
malam menjadi gorden
pada kasur beralaskan renyai

tapi nafasmu yang mengayunkan lambai
mengajak aku melupakan rindu ketika sampai
perjumpaan justeru menautkan pisah
kasih pun menyelinap ke dalam lembah
dengan wajah tengadah
pada resah yang menggumpal bagai badai

maka kupejamkan mataku di daun-daun teh
sambil kudengar tapak-tapak menjauh
sambil kurasa tapak-tapak mendekat
perasaan melingkar pada jalan setapak
kukumpulkan pula patung cinta dalam benak
sebak oleh kisah gugur
dari peradaban laut dan darat terkubur

Sumber: Tersebab Aku Melayu (Buku Sajak Penggal Kedua, 2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Tugu" karya Taufik Ikram Jamil menggambarkan sebuah perjumpaan di sebuah tugu yang penuh dengan makna simbolis dan emosi yang kuat.

Tempat dan Waktu: Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang pertemuan di sebuah tugu, yang secara konseptual merupakan titik pertemuan antara masa lalu dan sekarang. Lokasi ini menjadi latar bagi pertemuan antara dua individu yang penuh dengan kenangan dan emosi.

Jubah Kabut dan Suara Sejuk: Penggunaan imaji jubah kabut dan suara sejuk menciptakan suasana yang misterius dan tenang. Kabut mewakili ketidakjelasan dan keabadian, sementara suara sejuk menghadirkan rasa kedamaian dan ketenangan.

Istana dan Mega: Metafora tentang istana dan mega menggambarkan kekuatan dan keindahan cinta. Istana menjadi simbol keabadian dan keindahan yang diciptakan oleh cinta, sementara mega melambangkan kekuatan alam yang memayungi hubungan mereka.

Nafas dan Nostalgia: Nafas yang mengayunkan lambai membawa aroma nostalgia dan kehangatan hubungan yang telah terjalin. Namun, kehangatan ini juga diselingi oleh perasaan rindu yang menyelinap ke dalam lembah kegelapan.

Perjumpaan dan Pisah: Puisi ini menyoroti paradoks perjumpaan dan perpisahan. Meskipun bertemu, hubungan mereka seolah-olah ditautkan oleh perpisahan. Kasih yang ada di antara keduanya juga diselingi oleh perasaan resah dan kegelisahan.

Patung Cinta dan Kisah Gugur: Patung cinta yang terkumpul dalam benak menyiratkan kesan-kesan dari masa lalu yang telah hilang. Kisah gugur dari peradaban laut dan darat menambah nuansa kesedihan dan kehampaan.

Puisi ini menciptakan suasana yang kaya dengan imaji dan emosi, menggambarkan perjalanan kompleks cinta dan hubungan manusia. Melalui penggunaan gambaran yang kuat dan bahasa yang indah, Taufik Ikram Jamil berhasil menyampaikan pesan yang mendalam tentang kekuatan dan kerapuhan hubungan antarmanusia.

Taufik Ikram Jamil
Puisi: Di Tugu
Karya: Taufik Ikram Jamil

Biodata Taufik Ikram Jamil:
  • Taufik Ikram Jamil lahir pada tanggal 19 September 1963 di Bengkalis, Riau, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.