Puisi: Di Musim Pemilu (Karya Nezar Patria)

Puisi "Di Musim Pemilu" karya Nezar Patria menyuguhkan pandangan kritis terhadap suasana politik yang terjadi di sekitar musim pemilihan umum.
Di Musim Pemilu

Di musim pemilu
ada pesan hujan yang tak terlihat:
suara-suara palsu

tak perlu kornea baru
cobalah raba riwayat pigmen
dari warna-warna bendera:

apa beda hijau, kuning, biru,
dan dusta hitam maskara

Wajah-wajah basah di poster
adalah satu gurat seribu rupa
lihat siapa yang bicara di layar kaca itu:
ada kerlip piksel merah berdarah.

Di musim pemilu
ada pesan hujan yang tak terlihat
dan kita tak juga pulih
dari sebuah pingsan purba.

2014

Sumber: Koran Tempo (25 Januari 2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Musim Pemilu" karya Nezar Patria menyuguhkan pandangan kritis terhadap suasana politik yang terjadi di sekitar musim pemilihan umum.

Metafora Hujan: Puisi dimulai dengan metafora hujan yang tak terlihat, menciptakan gambaran tentang pesan-pesan yang disembunyikan di balik agenda politik. Hujan di sini dapat diartikan sebagai simbol perubahan atau pencucian, yang mencerminkan harapan akan pembaruan dalam politik.

Perahu Kertas dan Suara Palsu: Perahu kertas yang dilipat menjadi simbol kerapuhan dan manipulasi dalam politik. Suara-suara palsu menggambarkan janji-janji yang tidak tulus dari para politisi dalam upaya mereka memenangkan pemilu.

Pesan Kritis terhadap Politik: Penyair mengajak pembaca untuk merenungkan esensi warna-warna bendera dan pesan politik yang terkandung di dalamnya. Hijau, kuning, biru, dan hitam digambarkan sebagai warna-warna yang menyiratkan pembohongan dan manipulasi.

Kritik terhadap Kepalsuan Politik: Wajah-wajah basah di poster mencerminkan kepalsuan dalam politik, di mana para politisi berusaha menciptakan citra yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Puisi mengungkapkan bahwa politik sering kali dipenuhi dengan wajah-wajah palsu dan janji-janji kosong.

Kesimpulan yang Menggugah: Puisi diakhiri dengan pernyataan bahwa meskipun musim pemilu telah berlalu, masyarakat masih belum pulih dari dampaknya. Ada rasa kebingungan dan kekecewaan terhadap proses politik yang tampaknya tidak memperbaiki keadaan.

Puisi "Di Musim Pemilu" menyoroti kebobrokan dan kepalsuan dalam dunia politik. Melalui metafora dan gambaran-gambaran yang kuat, penyair mengajak pembaca untuk melihat melampaui permukaan politik dan mempertanyakan motivasi dan integritas para pemimpin mereka. Ini adalah panggilan untuk lebih kritis terhadap proses politik dan untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran dalam pembangunan masyarakat.

Nezar Patria
Puisi: Di Musim Pemilu
Karya: Nezar Patria

Biodata Nezar Patria:
  • Nezar Patria lahir pada tanggal 5 Oktober 1970 di Sigli, Pidie, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.