Film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 adalah film drama romantis Indonesia tahun 2024 yang disutradarai oleh Benni Setiawan berdasarkan novel yang ditulis oleh Pidi Baiq. Film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 ini dibintangi oleh aktor dan aktris yang sudah banyak dikenal di kalangan anak muda. Aktor dan aktris tersebut adalah Zee JKT 48 sebagai Ancika dan Arbani Yasiz sebagai Dilan. Sebelum film Ancika 1995 ini dirilis terdapat film yang disutradarai oleh Ayah Pidi Baiq.
Pidi Baiq adalah sutradara yang juga sangat popular di dunia perfilman ini, seperti Dilan 1990, Dilan 1991 dan Millea: Suara dari Dilan. Film-film tersebut berawal juga dari buku novel yang dituliskan oleh Ayah Pidi Baiq. Film-film karya Ayah Pidi Baiq ini sangat mencerminkan anak muda sekarang.
Film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 merupakan kelanjutan kisah Dilan 1990 dan Dilan 1991 dan merupakan film romansa cinta terakhir Dilan. Sebenarnya film ini memberikan catatan mengenai pertumbuhan dan perubahan dari SMA hingga kehidupan kuliah dari Dilan. Film ini juga menceritakan bagaimana dia berevolusi yang menggambarkan betapa pentingnya adaptasi dan belajar dari pengalaman. Film Ancika 1995 ini masih ramai diperbincangkan oleh penggemar film sebelumnya yaitu Dilan 1990 dan Dilan 1991.
Menurut pendapat penonton mengenai film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 ini sangat bagus dan keren filmnya. Sayangnya pemeran film ini sudah diganti yang membuat para penonton sedikit kecewa. Pemeran sebelumnya yaitu “Dilan” yang awalnya diperankan oleh aktor tampan yang bernama Iqbaal Ramadhan dan sekarang diubah pemainnya menjadi Arbani Yasiz.
Pergantian pemain ini menurutku sedikit banyak cukup memengaruhi keseluruhan film. Apalagi banyak para penonton film sebelumnya yang mengatakan bahwa peran Dilan sudah sangat melekat dengan Iqbaal Ramadhan. Arbani Yasiz yang berperan sebagai Dilan di film Ancika ini dinilai terlalu 'Roman Picisan' karena ia sebelumnya memang membintangi karakter tersebut.
Perspektif penonton mengenai pemeran film Dilan sebelumnya yaitu Iqbaal Ramadhan sudah sangat cocok dan pas dalam memerankan tokoh sebagai Dilan. Namun menurut produser dari film Ancika 1995 pemeran Dilan tersebut tidak harus sama. Pemeran Dilan yang baru itu harus dapat menjiwai karakter sebagai Dilan. "Soal pemain kenapa dipilih Arbani menggantikan Iqbaal, orang kan taunya Dilan tuh Iqbal. Tapi dengan perkembangan kami tim, kreatif, saya dan Pidi Baiq juga. Kenapa Arbani? Dari aspek fisik oke, akting oke," kata Budi Ismanto dalam konferensi pers di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.
Penonton masih mengharapkan Iqbaal Ramadhan agar memerankan menjadi Dilan lagi. Namun sebenarnya Iqbaal Ramadhan juga sudah ditawarkan untuk bermain peran lagi menjadi Dilan. Tetapi Iqbaal menolak lantaran ingin keluar dari karakter Dilan yang sudah melekat pada diri Iqbaal tersebut. Dan akhirnya pemeran Dilan digantikan oleh Arbani Yasiz.
Arbani Yasiz tampil lebih meyakinkan dalam memerankan menjadi Dilan. Pembawaannya yang santai, lucu, serta berwibawa terasa sangat jelas di layar lebar. Arbani Yasiz juga ketika memerankan Dilan logat Sunda khas Bandung yang muncul dan terdengar cukup natural di telinga penonton.
Terlepas dari pergantian aktor yang memerankan Dilan, jalan cerita film ini cukup rapi dan sesuai. Nuansa Bandung tetap terasa di sepanjang film. Namun, tetap saja film-film sebelumnya memiliki lagu dan soundtrack yang lebih baik dan lebih 'mengena'. Pada Film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 ini ada berbagai macam quote yang akan ditemukan salah satunya adalah “orang lama belum tentu jadi pemenang, karena cinta masa lalu itu hanya fantasi yang tidak nyata”. Dan yang paling ngena dari berbagai macam quote adalah “Dilan memang punya masa lalu, tapi saya punya Dilan” - Ancika. Seperti itu akhir kisah cinta Dilan dengan Ancika.
Dilan 1990, Dilan 1991, Film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995, dan Milea: Suara dari Dilan film dimana menceritakan suatu kisah perjuangan cinta dan kisah perjuangan pendidikan dari Dilan. Walaupun berbeda pemainnya tetapi alur cerita masih sama.
Menjadi sebuah aktor dan aktris memang tidaklah mudah, karena harus profesional dan harus cerdas dalam semua pekerjaan. Maka dari itu di dalam sebuah dunia perfilman siapa pun yang akan memerankan suatu film, entah itu siapa orangnya, harus dapat mendalami dan menjiwai suatu peran atau karakter yang diperankannya, agar yang menonton juga dapat terbawa dalam cerita tersebut. Jika penonton dapat terbawa ke dalam dunia cerita tersebut, maka yang memerankan di dalam sebuah film itu sudah berhasil dalam membawa alur cerita tersebut dengan baik.
Biodata Penulis:
Fahrensi Dewi Parwanto lahir pada tanggal 11 Juni 2005 di Surakarta.