Novel berjudul Gadis Pantai merupakan kisah nyata yang terinspirasi dari nenek Pramoedya dari pihak sang ibunda tercinta. Karakter perempuan yang kuat juga terinspirasi dari sang ibunda tercinta Pram sendiri. Para orang tua di Jawa akan menjodohkan anak perempuannya dengan laki-laki yang belum pernah dikenal sebelumnya. Pernikahan dini para perempuan Jawa biasanya dilakukan karena berbagai alasan seperti harta kekayaan. Faktanya, mayoritas perempuan Jawa akan dinikahkan pada usia yang masih sangat muda yaitu usia 12-15 tahun.
Novel Gadis Pantai ini sangat kental dengan kebudayaan Jawa. Mulai dari penggunaan bahasa pada masyarakat Jawa sesuai dengan status sosialnya, umur, dan tingkat keakraban. Serta kebiasaan orang Jawa yang menikahkan anak perempuan di bawah umur dengan laki-laki yang lebih tinggi status sosialnya.
Novel yang Pramoedya tulis ini mengungkapkan adanya sikap feodalisme yang artinya kedudukan sosial yang tinggi dan dipegang oleh bangsawan dan manusia dengan status sosial yang rendah harus menuruti perintah dari para bangsawan. Sikap feodalisme dalam novel ini lebih mengarah kepada feodalisme-patriarki yang membuat karakter perempuan mau tidak mau, suka tidak suka harus menuruti perintah dari sang priyayi yang kedudukan sosialnya jauh di atas sang perempuan. Pram menggambarkan adanya penyimpangan feodalisme dan menganggap laki-laki yang menikahi istrinya dengan keris adalah hal yang tidak pantas dan sangat tidak memanusiakan manusia.
Pramoedya juga menggambarkan bahwa zaman dahulu perempuan dianggap negatif, yaitu kedudukan perempuan tidak bisa lebih dari laki-laki. Kedudukan dan peran perempuan zaman dahulu hanya tiga, yaitu di dapur, di sumur, dan di kasur. Yang artinya kedudukan perempuan tidak bisa lebih dari laki-laki karena konsep peran perempuan yang hanya sebatas melayani suami saja dalam berumah tangga di zaman dahulu. Budaya patriarki yang sudah sangat melekat di Indonesia ini yang membuat para perempuan tidak bisa memiliki peran dominan dalam sebuah hubungan.
Novel Gadis Pantai ini juga menyinggung tentang perempuan yang dijadikan objek seks oleh para lelaki di luar sana, serta perempuan yang hanya dilihat dari parasnya saja. Pram menggambarkan dengan jelas bahwa lelaki bisa dengan mudah memanfaatkan perempuan hanya untuk pemuas nafsu dan hanya untuk melahirkan anak. Faktanya, di dunia nyata masih banyak sekali laki-laki yang hanya memanfaatkan perempuan sebagai pemuas nafsu di ranjang.
Dalam novel ini, Pramoedya secara gamblang menyatakan perbedaan tingkat religi dari keluarga gadis pantai dan Bendoro. Di mana Bendoro ialah seorang priyayi yang taat agama dan sudah naik haji dua kali, sedangkan keluarga gadis pantai tidak pernah beribadah karena sibuk mencari ikan di laut. Terlihat jelas perbedaan antara Bendoro dan keluarga gadis pantai. Meskipun Bendoro digambarkan sebagai orang yang taat agama, tetapi Bendoro juga digambarkan sebagai pribadi yang kasar dan jahat dalam novel ini.
Dari novel karya Pramoedya berjudul Gadis Pantai ini, saya dapat mengetahui bahwa sikap feodalisme, patriarki dan kebudayaan Jawa yang menikahkan anak perempuan di bawah umur sangat sulit untuk diubah karena itu semua sudah ada dari zaman dahulu. Setelah membaca novel ini, saya juga mendapatkan pengetahuan baru bahwa di dunia nyata laki-laki masih banyak yang menjunjung tinggi budaya patriarki dan menganggap perempuan sebagai pemuas nafsu dan derajatnya akan selalu di bawah laki-laki.
Daftar Pustaka:
- Windiuarti, D. "Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer: Objektivikasi Perempuan Oleh Laki-Laki." Jurnal UNEJ. (2017). Hal. 8-11.
- Nurkhalifah, D.I. "Pandangan Pramoedya Ananta Toer terhadap Perempuan Jawa Abad 19: Analisis Novel Gadis Pantai." Avantara Vol. 5, No1 (2017). Hal. 126.
- Ratna Nisrnina Puspitasari, Suyitno, Slamet Mulyono. "Kajian Unsur Budaya Jawa dan Nilai Sosial Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA." Basastra vol. 8, No.1 (202). Hal. 94-95.
Biodata Penulis:
Tri Utami, lahir pada 9 Oktober 2002, merupakan seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran yang gemar menulis dan sedang aktif menulis cerita rekaan (fan fiction) di platfrom X atau Twitter.