Tentang Bahagia, Kamu dan Waktu
Misteri tersembunyi, banyak pencari meski sulit didapati.
Bahagia.... ya.... Bahagia
Teramat mahal juga harganya
Semewah apapun kehidupanmu, tidak akan pernah bisa membeli kebahagiaan walau setitik.
Mungkin kamu bisa menukar bongkahan berlian dengan butiran kebahagiaan. Namun, itu hanyalah kebohongan. Bahagia yang kau paksa ciptakan, yang sebenarnya kau sangatlah jauh dari mampu, menjalani tanpa menikmati.
Lengkung bibir indahmu memang terlihat, akan tetapi samarnya lebih pekat.
Senyumanmu merekah, air matamu juga terus tumpah.
Resahmu tidak kunjung mengalah.
Yang kamu nikmati bukanlah kebahagiaan
Akan tetapi, kepura-puraan.
Pura-pura bahagia
Pura-pura tertawa
Pura-pura baik-baik saja
Hanya untuk terlihat semata
Mungkin, siangmu mampu kau balut dengan paras kepura-puraan.
Namun, bagaimana dengan malammu?
Ketika waktu benar-benar milikmu, di sanalah keberadaan dirimu yang sesungguhnya.
Temanmu tangisan
Tempat curhatmu kesunyian
Sandaranmu malam kelam
Dan tenangmu, semilir angin yang sesekali datang membelai.
Itulah dirimu yang selalu kau kenali lebih dalam, tanpa akara tirai penghalang.
Sejenak hatimu sejuk di sepertiga malam
Sayangnya, masih layuh taatmu berhadapan.
Sadarmu akan ujian, juga lengahmu berserahan.
Sekedar kadang-kadang belumlah cukup untuk menuju selesai.
Pertanyaannya masih sangat banyak.
Sampai di sini untuk hari ini, besok masih ada lagi.
Tolong hati...
Ketahanannya dikuatkan lagi ya...
Masih ada DIA.
Terimakasih jiwa...
Kerjasamanya yang tidak pernah mengeluh
Walau sebenarnya begitu rapuh.
Perjalanan memang terasa begitu panjang bagi kamu yang harus terus berjuang.
Jangan bimbang, kita tinggal di dunia ini tidak lama, besok atau lusa kita juga akan pulang.
Hanya soal waktu saja.
Tidak perlu dipaksakan,
Yang berat-berat jangan dipikul sekalian, jika tidak kuat.
Bawa saja sedikit-sedikit, tidak apa-apa siapnya lama, yang penting terselesaikan juga.
Jikapun tidak, ikhlaskan...
Hai hati...
Tegar ya!
Jiwa...
Sabaar!
Ada masanya kamu akan dibantu tanpa kamu harus memintanya.
Ada masanya kamu akan diberi sandaran, meski lelahmu tidak terlalu.
Sekarang, kuat aja dulu.
Sambil menunggu waktunya tiba.
Tidak apa-apa lelah, nanti juga hilang, nanti juga membaik lagi.
Sakitnya juga akan sembuh sendiri, nikmati saja prosesnya.
Jangan lupa, senyumnya jangan sampai padam. Rekahnya jangan tenggelam.
Agar mereka, hanya akan selalu melihat kamu baik-baik saja.
Bondowoso, 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Tentang Bahagia, Kamu, dan Waktu" karya Sarifah Aini mengangkat tema tentang pencarian kebahagiaan dalam kehidupan. Penyair menyampaikan pesan bahwa kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan materi dan seringkali terletak pada hal-hal sederhana yang terkadang diabaikan.
Mahalnya Harga Kebahagiaan: Penyair menyoroti bahwa kebahagiaan memiliki nilai yang tinggi, bahkan tidak dapat diperoleh dengan kekayaan materi sekalipun. Ini mencerminkan pandangan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah hasil dari kepura-puraan atau kekayaan.
Kepura-puraan dan Kebenaran Diri: Terdapat kritik terhadap perilaku pura-pura bahagia dan tertawa yang sering dilakukan oleh banyak orang. Penyair mengajak pembaca untuk merenung dan mengakui kebenaran diri mereka sendiri, jauh dari kepura-puraan yang mungkin ditunjukkan di depan orang lain.
Kedalaman Diri di Malam Hari: Puisi ini menyoroti momen ketika seseorang berada dalam keheningan malam, di mana keberadaan sejati mereka terungkap. Hal ini menunjukkan bahwa malam adalah waktu di mana seseorang bisa menjadi diri mereka sendiri, tanpa perlu berpura-pura.
Kejujuran pada Diri Sendiri: Penyair menekankan pentingnya kejujuran pada diri sendiri dan menerima bahwa ada saat-saat ketidakpastian dalam hidup. Ini merujuk pada penghargaan terhadap keberadaan diri yang sejati, tanpa perlu menyembunyikan perasaan dan kesulitan.
Tangisan, Curhat, dan Kesunyian: Puisi ini menciptakan gambaran tentang saat-saat ketika seseorang merasa terluka, kesepian, dan mencari dukungan. Tema ini menunjukkan kelemahan manusia yang sering dihadapi dalam perjalanan hidup.
Optimisme dan Ketegaran: Meskipun ada ungkapan tentang kesulitan dan kelelahan, penyair menawarkan pesan optimisme dan ketegaran. Penerimaan terhadap proses hidup, berbagi beban, dan menunggu waktu yang tepat menjadi elemen penting dalam menghadapi tantangan.
Kemurahan Waktu dan Berserah diri: Ada pandangan bahwa waktu akan membawa perubahan dan bantuan tanpa perlu memaksakan diri. Penyair mengajak untuk berserah diri dan percaya pada kebijakan waktu, serta mengakui kekuatan jiwa yang seringkali terabaikan.
Pesan Kehidupan yang Singkat: Puisi ini mengingatkan pembaca bahwa kehidupan di dunia ini singkat, dan bahwa kita semua akan pulang pada waktunya. Pesan ini mencerminkan kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan dan segala yang datang dengannya.
Dengan gaya bahasa yang lugas dan penuh emosi, puisi ini menyampaikan pesan mendalam tentang kebahagiaan, kejujuran pada diri sendiri, dan harapan di tengah perjalanan hidup yang penuh tantangan.
Karya: Sarifah Aini