Suara dari Pengungsian
Kepedihan adalah langit
Gelap dan basah air mata
Kesedihan adalah laut
Tempat segala ombak dan harapan pasang surut
Di saat doa-doa diterbangkan
Mimpi-mimpi dilayarkan
Kami hidup berimpitan
Di antara puisi dan slogan-slogan
Kesedihan adalah bumi
Menimbun dendam dan kecemasan
Hingga musim menumbuhkannya kembali
Menjadi nyala api
Kesedihan adalah kami
Diungsikan puisi
Diasingkan bahasa dan kata-kata
Hingga kami hanya kuasa
Menuliskan sisa usia
Pada nasib waktu
Saling melempar dadu
2019
Sumber: Suara dari Pengungsian (2021)
Analisis Puisi:
Puisi "Suara dari Pengungsian" menggambarkan pengalaman dan perasaan para pengungsi dengan menggunakan metafora alam dan kehidupan manusia.
Metafora Alam: Puisi ini menggunakan metafora alam seperti langit, laut, dan bumi untuk menggambarkan kepedihan, kesedihan, dan ketidakpastian yang dirasakan oleh para pengungsi. Langit gelap dan basah air mata menggambarkan suasana sedih dan putus asa, sementara laut yang berubah-ubah mencerminkan harapan yang naik dan turun seperti ombak.
Pengungkapan Perasaan: Puisi ini mengungkapkan perasaan kepedihan, kesedihan, dan kecemasan yang mendalam dari sudut pandang para pengungsi. Mereka merasa terpinggirkan dan terasingkan, kehilangan harapan dan masa depan yang pasti, tetapi tetap berusaha bertahan dan mencari makna dalam situasi sulit mereka.
Doa dan Mimpi: Adanya doa dan mimpi yang diterbangkan dan dilayarkan menggambarkan upaya para pengungsi untuk tetap berharap dan percaya bahwa ada kemungkinan perubahan dan kesembuhan di masa depan. Meskipun hidup di antara keputusasaan dan ketidakpastian, mereka menemukan kekuatan dalam spiritualitas dan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Puisi dan Slogan: Penggunaan kata "puisi" dan "slogan-slogan" menciptakan kontras antara ekspresi seni dan retorika politik. Para pengungsi hidup di tengah-tengah realitas yang penuh konflik dan ketegangan, di mana puisi mewakili ekspresi kemanusiaan dan keindahan, sedangkan slogan-slogan mencerminkan manipulasi politik dan kepentingan kekuasaan.
Ketidakpastian dan Nasib Waktu: Puisi ini menggambarkan ketidakpastian dan ketidakadilan yang dialami oleh para pengungsi, yang merasa seperti dipertaruhkan oleh nasib dan keputusan politik yang tidak mereka kendalikan. Mereka dihadapkan pada realitas yang keras di mana nasib mereka bergantung pada permainan dadu waktu yang tak terduga.
Puisi "Suara dari Pengungsian" karya Nissa Rengganis menyampaikan pengalaman yang penuh warna dan kompleksitas dari sudut pandang para pengungsi. Dengan menggunakan bahasa metaforis dan puitis, puisi ini menghadirkan suasana yang mengharukan dan memprovokasi pemikiran tentang kondisi kemanusiaan dan keadilan sosial di tengah-tengah konflik dan krisis global.