Puisi: Sebuah Kota (Karya Ahda Imran)

Puisi "Sebuah Kota" karya Ahda Imran memberikan gambaran yang kuat tentang kehidupan di kota yang tidak terlalu glamor dan seringkali penuh dengan ...
Sebuah Kota

Kota ini berakhir di sebuah bundaran
jalan, di sebuah hotel dengan lampu-lampu
kamar yang selalu dipecahkan orang
Setiap malam suara-suara lenyap
ke arah jembatan, melewati gang dan tikungan
jalan. Di depanku, sambil makan siang,
televisi membawa mayat bayi yang ditinggalkan
di halaman gedung parlemen. Lalu seorang
bintang film memenuhi paru-paruku
dengan minyak wangi
Telapak tanganku basah
jemari kakiku berdarah
Kusinggahi rumah seorang kawan
tapi ia sedang sibuk menghisap cairan
dari dalam kepalaku. Tubuhnya penuh
toko klontong, dan telinganya mudah sekali
lepas. Di kejauhan sebuah kamar, seseorang
menyalakan lampu,
lalu memadamkannya kembali

2005-2006

Sumber: Penunggang Kuda Negeri Malam (2014)

Analisis Puisi:

Puisi "Sebuah Kota" karya Ahda Imran memberikan gambaran yang kuat tentang kehidupan di kota yang tidak terlalu glamor dan seringkali penuh dengan kebingungan serta kekosongan.

Gambarkan Kota yang Tidak Ideal: Penyair menggambarkan sebuah kota yang jauh dari citra idealisme atau keindahan yang sering diasosiasikan dengan kota-kota besar. Kota ini dipenuhi dengan kebisingan, keramaian, dan kekacauan yang meliputi kehidupan sehari-hari.

Bentangan Realitas yang Penuh Warna: Dalam puisi ini, terdapat sejumlah gambaran kehidupan kota yang menarik perhatian pembaca. Mulai dari hotel dengan lampu-lampu kamar yang pecah, suara-suara yang lenyap ke arah jembatan, hingga bayi yang ditinggalkan di halaman gedung parlemen, semuanya memberikan nuansa realitas yang kuat.

Kehidupan yang Terfragmentasi: Penyair menyajikan gambaran tentang kehidupan yang terfragmentasi dan terputus-putus di kota ini. Bahkan saat mengunjungi teman, ia menemukan bahwa temannya sibuk dengan urusannya sendiri dan tidak tersedia untuk interaksi. Ini mencerminkan kesendirian dan ketidakmampuan untuk terhubung yang sering terjadi di tengah keramaian kota.

Kekosongan dan Kehampaan: Ada juga gambaran tentang kekosongan dan kehampaan dalam kehidupan sehari-hari. Lampu yang dinyalakan dan kemudian dipadamkan kembali di kamar menyoroti perasaan kosong dan penjenuhan yang sering dirasakan oleh individu di tengah kesibukan kota.

Kritik terhadap Kehidupan Urban: Puisi ini juga dapat dianggap sebagai kritik terhadap kehidupan urban modern yang sering kali terjebak dalam rutinitas yang kosong dan kecemasan yang mendalam di balik kilauan cahaya dan gemerlap kota.

Dengan demikian, puisi "Sebuah Kota" adalah sebuah puisi yang menggambarkan kehidupan kota dengan cara yang jujur dan terbuka. Melalui penggambaran yang kuat dan kadang-kadang mencekam, penyair berhasil menyoroti sisi gelap dari kehidupan urban yang sering terlupakan.

Ahda Imran
Puisi: Sebuah Kota
Karya: Ahda Imran

Biodata Ahda Imran:
  • Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.