Puisi: Pembunuhan Kopi di Pagi Hari (Karya Radhar Panca Dahana)

Puisi "Pembunuhan Kopi di Pagi Hari" menggambarkan perasaan kekecewaan, kesepian, dan kehilangan yang mendalam setelah perpisahan dengan seseorang ...
Pembunuhan Kopi di Pagi Hari


andaikata kuregang badan sekujur waktu, tetap saja tak kutemukan kau di situ. sejak lama sudah, kecewa ini kupelihara, seperti lumut menyelimuti batu. aku tak pernah sia-sia, walau sekali lagi, sekali lagi, melulu kekalahan kurayakan.

secangkir kopi panas yang kuhirup pagi dini sekali, menyodorkan kangen yang selalu datang di permukaan peruntunganku; kapan aku bisa memenangkan kejuaraan yang tak pernah dipertandingkan? kangen yang selalu mengingatkan bahwa kau masih ada. tapi koran pagi, berita radio dan televisi tak henti mengingatkan siapa saja bahwa waktu sudah tiada. karena itu, silakan kita ramai ramai membunuh kecewa. kita tidak bisa lagi mengenali diri sendiri lewat cermin mephistopheles. bahkan kata hati pun sudah tidak jujur pada dirinya sendiri. lidah selalu me- ngatakan "yang sebenarnya" dari yang sebenarnya bukan. emhh…betapa panas hari, dan tak ada angin di sini. pada- hal masih dini pagi, dan tukang sayur mulai menjajakan koran. pada saat seperti itu, pada suasana seperti itu, hanya satu yang ingin aku nyatakan; aku dapatkan satu dari kamu dengan melenyapkan satu dariku. kau tak tahu.

1992

Sumber: Lalu Waktu (1994)

Analisis Puisi:

Puisi "Pembunuhan Kopi di Pagi Hari" karya Radhar Panca Dahana merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan kekecewaan, kehilangan, dan penyesalan dalam sebuah hubungan yang telah berakhir. Dengan metafora dan gambaran yang kuat, penyair menggambarkan suasana hati yang terasa hampa dan penuh dengan kekosongan setelah kehilangan seseorang yang dicintai.

Perasaan Kecewa dan Kehilangan: Penyair menggambarkan perasaan kecewa dan kehilangan yang dalam melalui penggunaan metafora "kecewa" yang dipelihara seperti lumut yang menyelimuti batu. Hal ini menggambarkan betapa perasaan kecewa tersebut telah menjadi bagian dari diri penyair dan sulit untuk dilupakan.

Penggambaran Kesepian dan Kehampaan: Puisi ini juga menggambarkan kesepian dan kehampaan yang dirasakan oleh penyair setelah kehilangan seseorang yang dicintai. Meskipun penyair menghabiskan waktu dengan secangkir kopi di pagi hari, namun kekosongan dan kesepian masih tetap dirasakan dalam hatinya.

Penggunaan Metafora Kopi dan Pembunuhan: Metafora "pembunuhan kopi" menggambarkan upaya penyair untuk menghadapi dan melupakan kekecewaan dan kesedihannya. Kopi di sini menjadi simbol perasaan yang menyakitkan dan kehilangan yang ingin dibunuh agar tidak lagi dirasakan.

Kesulitan Menerima Kenyataan: Penyair juga mengekspresikan kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa seseorang yang dicintai telah pergi. Meskipun berbagai media memberitahu bahwa waktu telah berlalu dan perpisahan telah terjadi, namun penyair tetap merasa kehilangan dan sulit untuk melupakan.

Kehangatan Pagi yang Berkontras dengan Perasaan: Meskipun suasana pagi terasa hangat dan tenang, namun perasaan dalam diri penyair masih terasa hampa dan kosong. Hal ini menunjukkan kontras antara kondisi fisik yang nyaman dengan kondisi emosional yang sulit.

Puisi "Pembunuhan Kopi di Pagi Hari" karya Radhar Panca Dahana merupakan sebuah karya yang menggambarkan perasaan kekecewaan, kesepian, dan kehilangan yang mendalam setelah perpisahan dengan seseorang yang dicintai. Dengan penggunaan metafora dan bahasa yang kuat, penyair berhasil menyampaikan pesan tentang kompleksitas perasaan manusia dalam menghadapi kehilangan dan kesedihan.

Radhar Panca Dahana
Puisi: Pembunuhan Kopi di Pagi Hari
Karya: Radhar Panca Dahana

Biodata Radhar Panca Dahana:
  • Radhar Panca Dahana lahir pada tanggal 26 Maret 1965 di Jakarta.
  • Radhar Panca Dahana meninggal dunia pada tanggal 22 April 2021 di Jakarta.
  • Selain puisi, Radhar Panca Dahana juga menulis esai, cerpen, novelet, dan naskah drama.
© Sepenuhnya. All rights reserved.