Puisi: Lelucon Abu-Abu (Karya Radhar Panca Dahana)

Puisi "Lelucon Abu-Abu" karya Radhar Panca Dahana membawa pembaca pada perjalanan batin yang mendalam, seraya merenungkan hubungan antara manusia ...
Lelucon Abu-Abu


terdengar diketuk itu pintu
tak juga kubuka, walau kutahu
di luar, Kau sabar menunggu.

1985

Sumber: Lalu Waktu (1994)

Analisis Puisi:

Puisi "Lelucon Abu-Abu" karya Radhar Panca Dahana merupakan sebuah karya sastra yang sarat dengan makna dan refleksi spiritual. Dalam puisi ini, penggunaan metafora dan bahasa yang simbolis membawa pembaca pada perjalanan batin yang mendalam, seraya merenungkan hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa.

Keberadaan "Kau": Dalam puisi, penggunaan kata "Kau" menimbulkan interpretasi yang mengarah kepada Tuhan atau kekuatan spiritual yang lebih tinggi. "Kau" dipandang sebagai entitas yang sabar menunggu di luar pintu, mencerminkan ketenangan dan kesabaran yang dimiliki Tuhan terhadap manusia.

Simbolisme Pintu: Pintu yang diketuk dalam puisi menjadi simbol harapan, kemungkinan, atau perubahan yang akan terjadi. Ketika seseorang menolak membuka pintu, dapat diartikan sebagai penolakan terhadap peluang atau pertolongan yang datang dari Yang Maha Kuasa.

Warna Abu-Abu: Penggunaan warna abu-abu dalam judul puisi menimbulkan suasana misteri dan kompleksitas. Warna abu-abu sering dikaitkan dengan ketidakjelasan atau situasi yang tidak pasti, sehingga mungkin mencerminkan kondisi emosional atau spiritual yang rumit dalam kehidupan manusia.

Refleksi Spiritual: Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan Yang Maha Kuasa, ketenangan dalam menunggu jawaban atau pertolongan-Nya, serta ketidakpastian dan kebingungan yang sering kali dirasakan dalam perjalanan hidup.

Kesimpulan: Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun penuh makna, Radhar Panca Dahana berhasil menciptakan sebuah karya yang menggugah kesadaran spiritual pembaca. "Lelucon Abu-Abu" mengajak kita untuk mempertimbangkan perlunya kesabaran, kepercayaan, dan keterbukaan terhadap kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui puisi ini, pembaca diingatkan akan pentingnya refleksi diri, penerimaan atas pertolongan yang datang, serta rasa syukur atas kehadiran Yang Maha Kuasa dalam setiap aspek kehidupan.

Radhar Panca Dahana
Puisi: Lelucon Abu-Abu
Karya: Radhar Panca Dahana

Biodata Radhar Panca Dahana:
  • Radhar Panca Dahana lahir pada tanggal 26 Maret 1965 di Jakarta.
  • Radhar Panca Dahana meninggal dunia pada tanggal 22 April 2021 di Jakarta.
  • Selain puisi, Radhar Panca Dahana juga menulis esai, cerpen, novelet, dan naskah drama.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Fajar Merayap PerlahanTelah kureguk anggur dari cawan kenanganKuhitung dentang jam dalam penantian panjangSiapakah yang datang? Langit tinggal kerlip bintangDan kemejaku basah oleh…
  • Catatan Lagu Popyang membasuh dadanya dengan cintadari mulutnya keluar bungakutangkap bungakuremas jadi sungai sorgatempatku berenangngembara ke ujung duniatapi cinta tak kenal mua…
  • NarsisusBerapa lama mesti kulukai mataku? Kita berpelukanSepanjang abad hanya berpelukan. Tapi sendiri1985Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007)Puisi: NarsisusKarya: Ac…
  • BolaAkulah bola kosongbola menggelinding meloncot-loncatdalam bola kaca beningbening lengkung biruTapi bola apamenggelinding dan meloncat-loncat dalam boladan bola apadi luar bola?…
  • Amsal Tepi Kali Codeada saja harapan yang melereng di tebing atau riakpedih coklat dan bahagia mengapung lebih setiamenganyam duka pada batu kecupak nyeri lumut dadakuTuhan, bergol…
  • Tamu Malam di WarungSesudah ngobrol pendek sekedar minta tempatdi larut malam, di pinggir jalan, di warung, yak kita puntak keberatan ia menggolek begitu sajadi lantai. Teronggok l…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.