Puisi: Keheningan Laut (Karya Tri Astoto Kodarie)

Puisi "Keheningan Laut" karya Tri Astoto Kodarie menghadirkan gambaran yang dalam dan mendalam tentang keheningan alam dan keheningan batin manusia.
Keheningan Laut

inilah wilayah yang telah lama kita cari
keheningan laut dengan gugusan kabut
di antara zikir di air mata dan desir kebimbangan
bunga-bunga karang menjulang melambai
saat lirih angin entah dari samudra mana meniupnya
mengapungkan suasana menjulurkan gigil yang panjang
siapa punya keheningan di sayatan waktu?

jendela kesadaran kita telah menyusun batu-batu karang
sebelum riak-riak kegetiran mengepung labirin kerinduan
seribu gelombang pun akan pasang di lambung derita kita
sementara kita menebarkan langkah menuju warna kehidupan
menggantungkan raga di pohon-pohon bakau
akankah selalu tertanam nurani kesederhanaan ibu?

keheningan laut mengisyaratkan anugrah yang kita reguk
dari sisa-sisa cuaca dan percakapan sukma
di curamnya tebing-tebing peradaban

Parepare, 1995

Analisis Puisi:

Puisi "Keheningan Laut" menggambarkan keheningan yang dalam dan kompleks yang terkandung dalam alam, serta hubungannya dengan kondisi batin manusia.

Metafora Keheningan Laut: Puisi ini menggunakan laut sebagai metafora untuk keheningan yang mendalam dan misterius. Laut seringkali dianggap sebagai simbol ketenangan dan refleksi, tetapi juga memiliki kedalaman yang tak terduga. Keheningan laut dalam puisi ini mencerminkan kemisteriusan dan kompleksitas alam serta eksistensi manusia.

Hubungan dengan Alam dan Manusia: Puisi ini merangkum hubungan kompleks antara manusia dan alam. Keadaan alam, seperti keheningan laut dan bunga karang yang menjulang, menjadi latar belakang bagi perenungan manusia tentang kehidupan, penderitaan, dan kebijaksanaan.

Pertanyaan tentang Keheningan: Puisi ini mengajukan pertanyaan filosofis tentang asal muasal keheningan dan kehadirannya dalam kehidupan manusia. Apakah keheningan hadir sebagai anugerah atau tantangan? Apakah itu menawarkan ketenangan atau ketidakpastian?

Kesan Alam Batin: Dalam puisi ini, alam luar dan alam batin manusia saling terkait. Tebing-tebing peradaban mencerminkan kompleksitas kehidupan manusia, sementara pertanyaan tentang nurani dan kesederhanaan ibu mencerminkan pencarian makna dalam keheningan dan kerumitan hidup.

Penutup yang Reflektif: Puisi ini berakhir dengan sebuah penutup yang reflektif, mengeksplorasi nilai-nilai kehidupan dan kebijaksanaan yang terkandung dalam keheningan laut dan kehidupan manusia.

Puisi "Keheningan Laut" karya Tri Astoto Kodarie menghadirkan gambaran yang dalam dan mendalam tentang keheningan alam dan keheningan batin manusia. Dengan metafora yang kuat dan pertanyaan filosofis, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan makna dan esensi dari keheningan dalam kehidupan dan alam semesta.

Puisi Keheningan Laut
Puisi: Keheningan Laut
Karya: Tri Astoto Kodarie

Biodata Tri Astoto Kodarie:
  • Tri Astoto Kodarie lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Maret 1961.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.