Ishmael Beah
: Child Soldiers in Sierra Leone
Hujan di kotaku telah menjadi batu
Pohon-pohon riuh
Tempat kami berteduh telah runtuh
Di sini tak ada lagi
Karnaval dan pesta kembang api
Hanya bising dentuman sepatu lars
Dan sesak kepulan asap mesiu
Apa lagi yang kita punya
Selain ketegaran menyambut kengerian
Selain harapan yang hangus terbakar
Tak ada lagi yang tersisa
Hanya jejak-jejak kaki
Tertinggal di pasir menuju hutan lebat
Menuju tempat yang tak punya alamat
Aku dihujani mimpi-mimpi buruk
Perutku tertembak
Rumah terbakar
Ibu menggendong anaknya
yang sudah tak bernyawa
Perawan berbaris telanjang
Anak-anak kecil menggigil
di tenda-tenda pengungsian
Ingin rasanya memenggal kepalaku sendiri
Agar tak lagi melihat
mayat-mayat tersungkur di tanah
Bisakah aku kembali ke masa lalu
Mendengarkan musik rap di Mobimbi
Tanpa harus menjadi Rambo atau Commando
Tanpa mabuk amfetamin dan marijuana
yang merangsangku menjadi pembunuh paling keji
Aku sudah tak punya tempat pulang
Bahkan hujan di kotaku telah menjadi api
Di tempat ini,
Kematian sama meriahnya
dengan pesta kembang api
2013
Sumber: Suara dari Pengungsian (2021)
Analisis Puisi:
Puisi "Ishmael Beah" karya Nissa Rengganis menggambarkan kehancuran, kehilangan, dan trauma akibat perang yang dialami oleh tokoh Ishmael Beah.
Kehancuran dan Kekacauan: Puisi ini membawa pembaca ke dalam dunia kehancuran dan kekacauan yang dihadapi oleh tokoh Ishmael Beah. Deskripsi hujan yang telah menjadi batu, pohon-pohon yang riuh, dan tempat berteduh yang runtuh menciptakan gambaran yang kuat tentang kerusakan fisik dan emosional.
Kehilangan dan Trauma: Puisi ini menyoroti kehilangan yang mendalam yang dialami oleh tokoh utama, termasuk melihat rumah terbakar, mayat-mayat tersungkur di tanah, dan peristiwa mengerikan lainnya. Tokoh merasakan trauma yang dalam, yang tercermin dalam keinginannya untuk menghindari pengalaman mengerikan yang terus berulang.
Nostalgia dan Kebingungan: Tokoh mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke masa lalu yang lebih tenang, di mana ia bisa menikmati musik rap di Mobimbi tanpa harus terlibat dalam kekerasan atau mengalami penggunaan obat-obatan terlarang yang mempengaruhi perilakunya.
Keteguhan dan Kepedihan: Meskipun keadaannya penuh dengan kepedihan dan kehilangan, tokoh menunjukkan keteguhan dan harapan yang tetap hidup di tengah-tengah kengerian. Dia bertahan dan terus mencari tempat yang aman, di mana kematian tidak lagi meriah seperti pesta kembang api.
Gaya Bahasa yang Kuat: Nissa Rengganis menggunakan bahasa yang kuat dan deskriptif untuk menggambarkan pengalaman yang mendalam dan emosional. Pemilihan kata-kata yang tepat menciptakan suasana yang menyentuh hati dan memungkinkan pembaca untuk merasakan keadaan yang dialami oleh tokoh.
Puisi "Ishmael Beah" menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehancuran, kehilangan, dan trauma akibat perang. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan gambaran yang mendalam, puisi ini menggambarkan perjalanan emosional tokoh utama dan menyoroti keteguhan dan harapan di tengah-tengah kekacauan.
Karya: Nissa Rengganis
Biodata Nissa Rengganis:
- Nissa Rengganis lahir pada tanggal 8 September 1988 di Cirebon.