Puisi: Ini Mati Takut Cinta (Karya Melki Deni)

Puisi "Ini Mati Takut Cinta" karya Melki Deni menggambarkan perasaan, pikiran, dan refleksi manusia dalam menghadapi hubungan cinta dan makna ...

Ini Mati Takut Cinta

: TelmaKoisine

Kau tak perlu menangis,
kalau aku pergi lebih dahulu ke Negeri Seberang,
tetapi menangislah mengapa kita tak bersama-sama ke Sana.
Kan kukirimkan sepotong puisi yang manis:
Cinta adalah musim dingin dengan salju dingin yang menggoda
tak peduli dengan kayu yang tak patah, meski ranting-ranting basah
Rindu yang tak pasrah, meski musim terus berubah mendesak-mendesah
Sepi berjalan ke tanah kita yang luas, tetapi kita tidak juga tergilas.
Sebelum aku pergi ke Negeri Seberang,
Ketahuilah telah kutanggalkan seluruh Cintaku
Cinta membuatmu menangis-meraung-raung berkali-kali di ruang
Membangunkan-mengundang kenangan datang, mendesak-menciptakan Rindu
Menulis puisi-mengisahkan Sejarah Awal-Mula
Sebab Akhir-Selesai bukanlah tema Sejarah kita,
Bukankah begitu, TelmaKoisine?
Cinta merobohkan-melampaui batas-batas antara Hidup-Mati
Ini Mati takut Cinta. Cinta telah menghukum Tuhan.
Cinta telah membunuh Tuhan.

Alcorcón-Madrid, 31 Januari 2024

Analisis Puisi:
Puisi "Ini Mati Takut Cinta" karya Melki Deni merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan kompleksitas hubungan antara cinta, kehidupan, dan kematian. Dengan penggunaan bahasa yang metaforis dan mendalam, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan implikasi dari cinta dalam kehidupan manusia.

Penafsiran Cinta sebagai Musim Dingin yang Menantang: Penyair menggambarkan cinta sebagai "musim dingin dengan salju dingin yang menggoda". Metafora ini menggambarkan sifat cinta yang tidak selalu hangat dan menyenangkan, tetapi juga penuh dengan tantangan dan kesulitan. Cinta dihadapkan pada kondisi yang keras dan menguji kekuatannya seperti salju yang dingin dan ranting-ranting basah.

Kehadiran Rindu dan Kesepian dalam Kehidupan: Puisi ini juga mencerminkan kehadiran rindu dan kesepian dalam kehidupan. Meskipun ada kekosongan dan kesendirian, hubungan cinta tetap membangkitkan kenangan dan emosi yang mendalam. Rindu dan kesepian menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan cinta, yang seringkali memaksa seseorang untuk merenungkan arti dan tujuan hidup.

Refleksi terhadap Kehidupan dan Kematian: Penyair mengeksplorasi hubungan antara cinta, kehidupan, dan kematian dengan cara yang dalam. Metafora "Ini Mati takut Cinta" mencerminkan perasaan takut akan kerentanan dan kehilangan yang seringkali terkait dengan cinta. Selain itu, penyair juga menyinggung tentang peran cinta dalam memahami makna kehidupan dan kematian.

Pencarian Makna dalam Kehidupan dan Cinta: Puisi ini menunjukkan bahwa cinta bukanlah hanya sekedar perasaan yang indah, tetapi juga sebuah perjalanan yang membingungkan dan penuh dengan pertanyaan. Penyair mengeksplorasi konsep kehidupan dan cinta sebagai bagian dari sebuah cerita yang terus berkembang, dengan segala kompleksitas dan ironinya.

Pembahasan tentang Tuhan dan Cinta: Puisi ini juga membahas tentang konsep cinta dalam konteks spiritual. Penyair menyatakan bahwa cinta memiliki kekuatan yang begitu besar sehingga dapat merobohkan batas-batas antara hidup dan mati. Hal ini mengundang pembaca untuk merenungkan peran cinta dalam kehidupan manusia dan hubungannya dengan keberadaan Tuhan.

Puisi "Ini Mati Takut Cinta" karya Melki Deni adalah sebuah perjalanan melalui kompleksitas cinta, kehidupan, dan kematian. Dengan penggunaan bahasa yang metaforis dan mendalam, penyair berhasil menggambarkan perasaan, pikiran, dan refleksi manusia dalam menghadapi hubungan cinta dan makna kehidupan. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang esensi dari cinta dan bagaimana cinta mempengaruhi dan membentuk manusia dalam perjalanan kehidupannya.

Puisi Melki Deni
Puisi: Ini Mati Takut Cinta
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
  • Melki Deni menjuarai beberapa lomba penulisan karya sastra, musikalisasi puisi, dan sayembara karya ilmiah baik lokal maupun tingkat nasional.
  • Buku Antologi Puisi pertamanya berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).
  • Saat ini ia tinggal di Madrid, Spanyol.
© Sepenuhnya. All rights reserved.